Produsen telur di negara bagian Australia Selatan, Darren Letton, meminta para konsumen untuk menyadari sisi negatif dari produksi telur ayam organik.
Komentarnya tersebut muncul setelah minggu lalu, restoran cepat saji McDonald’s mengumumkan bahwa perusahannya baru akan menggunakan telur organik pada tahun 2017.
Swalayan ‘Woolworths’ dan ‘Coles’ juga telah mengumumkan rencana mereka untuk menghentikan penjualan telur biasa.
Darren yang berasal dari Peternakan Ayam Glenview mengatakan, sementara ia tengah memperluas bisnisnya untuk menjawab tren pasar yang tengah beralih dari konsumsi telur biasa, menurutnya para konsumen juga perlu memahami bahwa sistem produksi telur organik juga punya kelemahan.
“Anda terbiasa mendengar sisi buruk produksi telur biasa, tapi tak ada satu pun yang pernah berbicara soal sisi negatif produksi telur organik, dan seperti layaknya sesuatu di dunia ini, selalu ada sisi positif dan negatif yang muncul,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Ada faktor intimidasi atau tekanan yang muncul. Anda mungkin bisa mendapat sekitar 75 hingga 80 persen dari produksi dan itu berdasarkan faktor tekanan. Mereka mungkin juga lebih rentan terhadap penyakit. Mereka bisa makan kotoran mereka sendiri dan ada juga resiko penyakit yang kemungkinan dibawa oleh burung-burung liar.”
Darren menjelaskan, ia ingin agar sisi negatif telur organik ini diketahui para konsumen. Ia menuturkan, para konsumen juga perlu sadar bahwa ada berbagai macam aturan yang berbeda di masing-masing negara bagian.
“Di Australia Selatan, kami coba untuk mengatakan bahwa kemungkinan anda bisa memiliki 1500 unggas per hektare. Sehingga jika saya memiliki 4000 unggas, seharusnya saya memiliki lahan seluas 4 kali lapangan bola.
Saya percaya, di negara bagian wilayah timur, anda bisa punya hingga 20 ribu unggas. Jadi tak ada regulasi. Telur-telur itu bisa sampai ke Australia Selatan dengan aturan yang berbeda,” jelasnya.
Namun ia juga mengemukakan, terlepas dari hal itu, ia kini tengah memperluas produksi telur organik karena itulah yang kini diinginkan pasar.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR