Rangga, bukan nama asli, melontarkan godaan kecil itu dilontarkan kepada dua gadis remaja. Sang gadis tak hirau. Lelaki asal Jakarta ini berkulit bersih dengan rambut ala David Beckham. Dia berpenampilan rapi dengan balutan pakaian olah raga yang resik.
Selepas asar, Rangga bersama teman-temannya menghambur keluar dari Pusat Perawatan Rumah Cemara di Ciwaruga, Bandung Barat, Jawa Barat. Hari itu, mereka akan bermain bola di lapangan futsal, tak jauh dari Pusat Perawatan.
Berjalan kaki menyusuri pemukiman, para pecandu yang tengah memulihkan diri itu bertegur sapa dengan warga. Humor segar dan tawa riang kerap pecah di jalanan.
Tanpa aba-aba, semua menghambur masuk, berkerumun di tengah lapangan. Dan terbentuklah dua tim, masing- masing lima pemain. Tanpa peluit, bola pun bergulir.
Pusat perawatan Rumah Cemara bagaikan kawah candradimuka bagi para pecandu buat memulihkan jiwa dan tubuhnya. Namun, panti ini jauh dari kesan sebagai tempat pemulihan bagi pemadat.
Pagar depan terbuka lebar. Pekarangannya luas, dinaungi pepohonan bertajuk mekar. Di bawah pohon, meja dan kursi berderet untuk bersantai. Bangunan panti nampak seperti kediaman biasa dengan empat kamar.
Di lantai satu, ruang utama dibiarkan terbuka. Berbagai pernik slogan penumbuh semangat menempel dinding. Sebuah televisi menjadi penghibur para penghuni di kala senggang.
Dalam suasana penuh keterbukaan itulah 16 pecandu sedang berusaha lepas dari genggaman narkotika. Suasana tempat rehabilitasi ini memang dibuat rileks, selayaknya rumah biasa.
“Kita memang ingin seperti rumah pemulihan, berbeda dengan tempat rehabilitasi lain yang berpagar tinggi dan tertutup. Penghuni di sini bebas makan, tidur, ngobrol, menonton televisi. Hanya saja, ada jadwalnya,” terang Koordinator Pusat Perawatan Wan Traga Duvana Baros.
Suasana tempat rehabilitasi ini memang dibuat rileks, selayaknya rumah biasa.
Kerelaan adalah syarat utama bagi pecandu yang akan menjalani rehabilitasi. Selain itu, pecandu juga harus didampingi oleh penanggung jawab, bisa orang tua, saudara, atau siapa pun.
Pertama kali masuk, klien akan melewati penilaian dasar, seperti barang yang dibawa, kondisi badan dan riwayat kecanduannya.
“Bila memakai putaw atau heroin, biasanya dia perlu detoksifikasi dengan obat-obatan dengan resep dokter,” jelas Traga.
Setelah itu, pecandu akan melakoni tahap induksi atau pengenalan. Selama masa ini, untuk sementara klien tidak diperkenankan berinteraksi dengan keluarga atau teman.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR