Bersama dengan pertumbuhan data seluler, cara kita berkomunikasi pun mengalami pergeseran. Hubungan jarak jauh secara langsung tak lagi sebatas membaca simbol, teks, atau mendengar suara.
Apalagi, dengan makin maraknya ponsel pintar atau smartphone yang penetrasinya di Indonesia pada 2014 diperkirakan bisa mencapai 30 persen dari keseluruhan jumlah ponsel.
Aneka sarana pesan instan, jejaring sosial, konferensi video dan lain sebagainya kini siap mengakomodidasi kebutuhan masyarakat Indonesia untuk saling berinteraksi antar sesama. Kapanpun, di manapun.
!break!Konvergensi
Ponsel pintar dalam bentuknya saat ini membuat batas-batas media menjadi kabur. Ketika khalayak mengakses surat kabar di Internet dan melihat video yang terintegrasi pada halaman itu, apakah dia tengah membaca koran, mengakses internet, atau sebagai pemirsa televisi?
Internet, teknologi komunikasi, komputer, dan digitalisasi konten mengaburkan batas-batas media lama dan baru. Tidak cuma itu, perangkat tunggal bernama ponsel pintar itu bahkan menyatukan juga fungsi kamera, komputer, alat perekam audio dan video, bahkan aneka layanan perbankan dapat kita lakukan dalam genggaman.
Dulu, tak pernah terbayangkan kita bisa belanja, membayar tagihan listrik, mengecek rekening, membeli pakaian dalam, sepeda motor, mobil, hingga mengatur urusan pembelian saham melalui sebuah layar kecil dalam genggaman kita.
Ithiel de Sola Pool, ilmuwan Amerika di bidang ilmu sosial, menyebut aneka fungsi yang bisa dilakukan oleh ponsel pintar sebagai konvergensi. Pool sering disebut sebagai nabi konvergensi. Pada 1983, dalam bukunya “Technologies of Freedom”, jauh sebelum era konvergensi terjadi di era milienium ini, ia menggambarkan dengan jelas bagaimana konvergensi masa depan akan terjadi.
Model konvergensi di masa depan itu, kata Pool, mengaburkan batas antar media seperti telepon, radio, dan televisi. Jika sebelumnya layanan komunikasi berlangsung secara terpisah, di masa depan layanan komunikasi yang mengaburkan batas media itu akan berlangsung bersamaan dalam satu alat.
Setahun setelah bukunya terbit, pada tahun 1984 Pool meninggal. Ia tak pernah sempat melihat barang yang diramalkannya itu: ponsel pintar.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR