Musim kemarau panjang menyebabkan jadwal tanam padi di Pinrang, Sulawesi Selatan, molor hingga lebih dari dua bulan. Musim garap sawah yang seharusnya dimulai pada September 2014 tetapi hingga November 2014 menjelang pun hujan belum kunjung turun.
Air irigasi yang tak seberapa tak mampu mengairi ribuan petak sawah yang ada di sana. Untuk menghibur diri sembari menunggu hujan turun para petani setempat menggelar balapan "taksi" konvensional ala petani.
Masyarakat dari berbagai kampung di Pinrang saling mengundang dan bergantian menjadi panitia pelaksana. Pesertanya cukup membludak, meski hadiahnya tak seberapa. Jumlah peserta pun sampai harus ibatasi. "Ini cara warga menghibur diri di tengah musim kemarau panjang, sembari menanti hujan turun," kata salah satu panitia, Lamansi, Minggu (26/10).
Para pebalap dari berbagai kampung—terutama tukang angkut padi—menggunakan motor khusus untuk mengikuti balapan ini. Medan arena balapan di tengah sawah tak kalah sulit dibandingkan balapan Formula 1. Lintasan atau arena balapn seluas dua hektar lebih lintasannya dibuat meliuk-liuk hingga para peserta harus berlatih keras untuk bisa menjadi juara.
Tak sedikit peserta yang kesulitan menjajal medan yang sulit dan bekelok-kelok kerap jatuh di lintasan hingga gagal masuk finis. Saking meriahnya kegiatan, sejumlah perusahaan distributor pupuk dan pestisida, bahkan perbankan, tak jarang bersedia menjadi sponsor.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR