Daya kreatif bisa memberi nuansa baru bagi karya-karya yang mengakar pada tradisi leluhur. Hal itu nampak pada kreasi Eva Ramlan dari Azizah Songket, Sukajadi, Prabumulih.
Eva berkreasi memberi sentuhan anyar dalam motif kain songket. Azizah Songket punya tiga motif baru: Papan Sekeping Nanas, Seinggok Nanas dan Cantik Manis Nanas.
"Semuanya serba nanas, buah andalan Prabumulih," tutur Eva sembari menegaskan desain baru kain songket itu dirancang oleh kakaknya. Tiga desain itu juga telah dipatenkan oleh PT Pertamina EP Limau Field.
Dengan begitu, tiga motif khas Prabumulih tersebut hanya dimiliki oleh Azizah Songket. "Insya Allah hanya Azizah Songket yang punya...," ujar Eva bangga.
Selain menampilkan keindahan jalinan benang, kain songket juga menyimpan ikatan batin dengan penenunnya: ada ketekunan, ada kerapian, ada kegigihan, ada emosi. "Selembar kain songket pasti ada hubungannya dengan penenunnya."
!break!Lihatlah ketekunan Salma yang menenun kain songket bermotif Papan Sekeping Nanas. Sulitkah menenun motif baru itu?
"Banget," jawab Salma tanpa ekspresi. Dia duduk tegak, kakinya berselonjor ke depan. Tangan-tangannya terampil menyusun setiap benang emas untuk membuat motif nanas. Satu per satu.
Salma baru dua hari menggarap motif itu, dan baru menghasilkan kain songket sepanjang dua jengkal. Untuk merampungkannya, Salma butuh dua minggu.
Di sisi kanan Salma, Ria sedang menenun selendang bermotif sama. Selembar kain songket memang selalu dilengkapi sehelai selendang.
Azizah Songket didukung empat penenun, yang semuanya bekerja di halaman depan. "Itu untuk menjaga kualitas kain songket. Bila ada benang yang putus atau alat tenun yang rusak bisa segera diperbaiki," tegas Eva.
Selain itu, tak kurang ada 60 penenun yang bekerja di rumah masing-masing. "Tapi agak sulit menjaga kualitas songket yang ditenun di rumah penenun."
Di ruang pamernya, terdapat koleksi songket dengan aneka motif. Sekilas tidak ada perbedaan mutu antara satu kain songket dengan yang lain. Lantaran itu mesti jeli melihat perbedaan kecil setiap kain.
Kain songket yang bermotif sama belum tentu nilai harganya sama. Kalau benang emasnya bagus, ditenun rapi dan halus, pasti harganya lebih mahal—meski warna dan motifnya sama.
Pemesan yang datang ke Azizah Songket bisa melihat sendiri kualitas benang dan kehalusan tenunan, sehingga bisa menilai sendiri harga yang pantas. "Di sini transparan. Benangnya bisa dilihat, hasilnya juga bisa dinilai. Semua bisa dilihat sendiri."
Eva menyediakan wadah penyimpan kain songket agar benang emasnya awet. "Kain songket jangan dilipat, tapi digulung, dan dimasukkan ke kotak. Di dalam kotak diberi cengkih dan butiran merica. Kalau ada silica gel bisa juga," saran Eva.
Bila dilipat, benang emas akan mudah patah. Setiap bulan, kain songket sebaiknya diangin-anginkan. "Jangan dijemur langsung. Kalau bernoda, dry clean bagian yang ada nodanya saja."
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR