Sementara Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 menunjukkan, dari 1.000 remaja putri kelompok usia yang sama, sebanyak 6,9 orang di antaranya sudah hamil dan melahirkan.
Korban kekerasan
Selain mengalami kehamilan tidak diinginkan karena pemahaman minim soal kesehatan reproduksi, saat ini banyak remaja akhirnya justru menjadi korban kekerasan. (Lihat di: Memahami Anak Korban Kekerasan Seksual)
Mereka sering kali dipaksa pasangannya untuk menggugurkan kandungan, dipaksa orangtuanya untuk menikah meskipun belum menginginkannya atau diusir dari rumah, dan dikeluarkan dari sekolah ataupun jadi pergunjingan masyarakat sekitarnya.
Peneliti independen tentang kekerasan terhadap perempuan, Henrica AFM Jansen, mengatakan, kekerasan umumnya membuat perempuan rentan memiliki kesehatan fisik yang buruk, mudah muncul berbagai gejala penyakit fisik ataupun mental, dan mendorong mereka pada tindakan aborsi tidak aman yang bisa mengancam jiwa. Lebih lanjut, mereka bisa terjebak pada kekeliruan mengasuh anak. Kondisi itu sering kali juga memicu bunuh diri.
Buruknya pengasuhan anak yang dilakukan orangtua yang masih remaja juga bisa melanggengkan kekerasan. ”Anak laki-laki yang menjadi korban kekerasan ayahnya memiliki potensi tiga kali lebih besar untuk melakukan hal yang sama,” kata Jansen.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR