Arsitek pesohor asal Boston Moshe Safdie, mengatakan bahwa arsitek terlalu fokus mendesain objek untuk membangun menara pencakar langit. Hal ini berpengaruh terhadap wajah perkotaan.
"Mereka berpikir bahwa menara adalah ukiran yang indah, dililit sana-sini. Tetapi, menara tersebut membangun sekat-sekat di dalam kota. Akhirnya, tidak ada lagi kota, karena kita semua membangun menara," kata Safdie.
Dia menjelaskan, bahwa harus ada satu cara untuk membangun menara dalam arti menciptakan atau menambahkan hubungan dengan lingkungan sekitarnya.
"Kita belum belajar bagaimana melakukannya. Kita juga tidak akan bisa menyelesaikannya, jika para arsitek tetap fokus kepada bangunan tersebut, bukan pada konektivitasnya terhadap kota," kata dia.
Safdie sempat mengembangkan residensial bernama Habitat 67, yang mengkombinasikan antara apartemen tinggi dengan rumah yang dilengkapi dengan taman kota. Baru-baru ini, arsitek berusia 76 tahun tersebut kembali mencetak kesuksesan dengan membangun Marina Bay Sands di Singapura dengan total luas kompleks 845.000 meter persegi.
Di tengah pembangunan tersebut terdapat struktur tiga menara yang terhubung dengan sebuah taman di atas atap dengan penyangga setebal 65 meter. Dia menjelaskan, bahwa ia mendesain bangunan tersebut dengan tujuan agar bangunan memiliki keterhubungan terhadap kota.
"Keterhubungan bangunan, menggambarkan desainnya. Sesuatu yang perlu dihubungkan, seperti pada Lego. Anda perlu pasangkan satu bagian Lego, sebelum Anda beralih ke potongan Lego berikutnya. Arsitektur perlu membuat kotanya terhubung seperti ini," kata Safdie.
Dia mencontohkan sebuah kota tradisional. Arsitek saling membangun bangunan, jalan raya, plaza, atau bangunan melingkar.
Menurut Safdie, mereka bisa saja membangun 10 sampai 18 bangunan merlingkar, tetapi mereka hanya fokus pada ide pembangunan bangunan tersebut, bukan pada keterhubungannya dengan kota.
"Bangunan memiliki peran terhadap kota, Anda tidak bisa memisahkan satu di antaranya," kata Safdie.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR