Perilaku menggaruk sendiri adalah reaksi pertahanan diri untuk melindungi tubuh dari parasit dan mengurangi penumpukan sel-sel mati pada kulit. Rasa gatal juga dapat disebabkan oleh kerusakan saraf, alergi, infeksi virus hingga gangguan yang berasal dari dalam tubuh.
Sebuah penelitian dari Temple University Health System lebih dekat untuk memahami mengapa menggaruk membangkitkan sensasi yang menyenangkan dan bermanfaat. Saat bagian tubuh yang gatal digaruk, maka otak akan menerima sinyal rasa sakit yang lemah, otak kemudian mengubah sinyal tersebut menjadi rasa lega yang setara dengan rasa nikmat. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan daring di Journal of Investigative Dermatology.
Menggunakan fMRI (Functional Magnetic Resonance Imaging) tingkat lanjut, para peneliti melihat aktivitas otak saat pasien gatal kronis dan subjek sehat menggaruk. Peneliti menemukan bahwa area otak yang terlibat dalam kontrol motorik dan pemrosesan yang memberikan rasa menyenangkan lebih aktif pada pasien gatal kronis saat mereka menggaruk.
Baca Juga: Mata Merah dan Gatal Saat Berenang? Bisa Jadi Ini Penyebabnya
Hideki Mochizuki, PhD, Asisten Profesor Dermatologi di TUSM dan penulis utama studi tersebut mengatakan, meskipun awalnya menyenangkan, menggaruk terus-menerus dapat menyebabkan peningkatan intensitas gatal serta rasa sakit dan kerusakan kulit permanen.
"Itulah mengapa penting untuk memahami aktivitas otak yang mungkin mendorong perilaku menggaruk patologis ini," jelas Mochizuki dalam rilis Temple Health.
Saat menggaruk, maka otak akan meresponnya dengan mengeluarkan hormon serotonin yang berfungsi sementara untuk mengurangi rasa gatal tersebut. Hal yang sama juga akan dirasakan ketika bagian tubuh yang gatal sedikit dicubit atau dipukul perlahan, karena rasa sakit lemah juga dapat dihasilkan dari tindakan tersebut.
Source | : | Journal of Investigative Dermatology,Temple Health Press |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR