Manusia menjadi makhluk yang dikenal mengeksplorasi seks sehingga tidak hanya menjadikannya proses reproduksi, tetapi juga rekreasi. Manusia, dan juga primata lain, mengembangkan strategi kawin hingga posisi hubungan seksual.
Studi terbaru yang dipublikasikan di Biological Journal of the Linnean Society bulan Februari 2015 mengungkap bahwa apa yang dilakukan manusia dan primata lain tidak eksklusif. Spesies Phymatopus hecta yang masuk bangsa ngengat juga memilikinya.
John RG Turner, biolog dari University of Leeds di Inggris mempelajari ngengat yang hidup di Eropa dan Asia itu. Dia menemukan bahwa ngengat tersebut berbeda dengan jenis lainnya, mereka memiliki semacam kamasutra.
Lebah lain punya pola umum ketika kawin. "Betina bertengger di posisinya setelah keluar dari tempat persembunyian, melepaskan feromon yang bisa dideteksi pejantan, serta kawin setelah pejantan pertama datang," kata Turner.
Namun, spesies P hecta berbeda. Mereka memiliki cara kawin dan mengembangkan posisi seksual yang unik. "Paling tidak mereka memiliki tujuh pola kawin," ungkap Turner seperti dikutip National Geographic, Jumat (13/2).
Salah satu teknik kawin yang dimiliki ngengat P hecta serta dikembangkan ngengat pada umumnya disebut "lek". Dalam teknik ini, beberapa pejantan mendekati beberapa betina untuk kemudian mengawinininya bersama-sama. Jadi, ini semacam orgy.
Sebelum kawin, masing-masing pejantan bertengger dan merentangkan sayapnya. Mereka lalu melepaskan feromon yang berbau seperti nanas dari organ unik di dekat kaki yang disebut sikat kuning feromon. Organ itu tersusun atas kitin jadi lebih menyerupai sisik.
Bau manis seperti nanas itu memikat para betina. Mereka pun berdatangan dan memilih pejantan yang disukainya. Bisa ditebak, perkawinan pun kemudian berlangsung, diikuti dengan fertilisasi, perkembangan embrio, dan seterusnya.
Bila umumnya ngengat kawin dengan terbatas pada teknik lek, P hecta tidak. Jenis ngengat itu punya teknik lain. Misalnya, betina juga bisa melepaskan feromon. Dengan demikian, si betina bukan makhluk pasif yang maunya digoda, tetapi juga bisa aktif menggoda.
Selain itu, lebah spesies itu juga kadang memulai seks dengan berdansa bersama. Pejantan dan betina terbang sejenak untuk pemanasan sebelum akhirnya permainan seks dimulai.
Untuk menentukan teknik kawin, P hecta sangat fleksibel dan bisa berubah pada menit-menit terakhir. Spesies itu juga mengembangkan posisi hubungan seksual yang unik dan "kinky" dalam sudut pandang manusia.
Kadang, lebah jantan dan betina kawin berhadap-hadapan sambil menempelkan bagian perut di mana kelamin berada. Namun, kadang jantan dan betina kawin dengan cara saling membelakangi. "Yang saya yakin tak mungkin terjadi pada manusia," cetus Turner.
Mengapa P hecta mengembangkan teknik kawin? Turner mengungkapkan, hal itu terkait dengan upaya mencari cara paling efisien jantan dan betina saling bertemu. "Betina yang tak menemukan pejantan dengan cara satu akan menemukannya dengan cara lain," katanya.
Dulu, sistemnya adalah betina mengundang para pejantan datang ke markasnya untuk kemudian kawin. Namun, bila cara itu tak bekerja, betina pun juga harus aktif mencari sang pejantan dengan strategi tertentu.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR