Penelitian seperti ini juga pernah diungkap lewat studi di jurnal Proceedings of the Royal Society B, Februari 2012. Pasca serangan 11 September 2001 di New York, Atlantik utara mengalami penurunan enam desibel ketika semua berkabung.
Studi berjudul Evidence that ship noise increases stress in right whales itu juga mengungkap secara hormon stres, paus yang terdampak dari kebisingan yang dihasilkan manusia menjadi turun ketika samudera tenang.
Suara sunyi yang dirindukan biota laut akhirnya muncul kembali pada 2020, ketika pagebluk COVID-19 menerjang dunia. Data rekaman dari 231 hidrofon yang ditempatkan di lima benua oleh International Quiet Ocean Experiment, mengungkap penurunan polusi laut secara signifikan di seluruh dunia saat bulan-bulan pagebluk menerjang. Pengamatan kebisingan bawah laut oleh lembaga penelitian ini masih berlangsung sejak 2015.
Baca Juga: Lebih dari Perkiraan, Ternyata Paus Adalah Insinyur Penting Ekosistem
Baca Juga: Naas, Usia Para Burung Menjadi Lebih Pendek Akibat Kebisingan Kota
Ada pula penelitian Juni 2021 di Global Change Biology berjudul A Gulf in lockdown: How an enforced ban on recreational vessels increased dolphin and fish communication ranges, mengungkap hasil yang sama. Hasilnya, kesunyian COVID-19 membuat jangkauan komunikasi lumba-lumba dan ikan meningkat 65 persen lewat hidrofon yang merekam di perairan Selandia Baru.
Lantas, apa langkah selanjutnya? Williams dan tim dalam penelitian lain tahun 2013 di jurnal Animal Conservation, telah membuat pemetaan akustik bawah air untuk melindungi paus pembunuh yang telah kehilangan 90 persen peluang komunikasi merka di Selat Haro, Kanada.
Pemetaan ini membantu komunitas lokal dan pembuat kebijakan di British Columbia, Kanada, untuk menciptakan konservasi lewat zona larangan membangun dan bebas perahu, khususnya di sekitar pantai tempat berkumpulnya orca di utara.
"Lautan tenang terakhir di dunia juga cenderung menjadi tempat yang bebas dari tekanan penangkapan ikan, polusi, atau spesies invasif. Pemetaan akustik adalah salah satu cara untuk menentukan habitat laut berkualitas tinggi," terang Williams.
Baca Juga: Apakah Lego Dapat Membantu Menyelamatkan Terumbu Karang di Singapura?
Source | : | discovermagazine.com |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR