Penelitian lain di Communications Biology Juni 2021, suara sebagai isyarat akustik berbagai hewan seperti paus, invertebrata, hingga tanaman bawah laut, adalah cara agar dapat menemukan sumber makanan, berkembang biak, menavigasi, dan menghindari pemangsa.
Kebisingan kita benar-benar mengganggu mereka, dalam hasil penelitian berjudul Seagrass Posidonia is impaired by human-generated noise itu.
Apa saja kebisingan yang dibuat manusia yang berpengaruh kepada laut? Williams menerangkan baling-baling kapal, sonar, ledakan pertambangan, dan pengeboran minyak dan gas, bahkan pesawat adalah deru kebisingan yang dapat terdengar di bawah air laut yang dapat memicu perubahan perilaku hewan laut.
"Untuk ikan paus, polusi suara kronis dianalogikan dengan apa yang dilakukan penebangan hutan terhadap burung hantu tutul," Williams berpendapat di Discover Magazine. "Ini menghancurkan habitat mereka."
Baca Juga: Paus Balin Dapat Makan Setara Dengan 30.000 Burger dalam Satu Hari
Kegiatan penelitian itu melibatkan para akademisi dari Universitas Udayana di Bali dan Conservation International Indonesia. Ada enam hidrofon yang mereka gunakan di perairan Bali selama seminggu ketika umat Hindu merayakan Nyepi. Penelitian itu dipublikasikan di jurnal Oceanography, Juni 2018, berjudul Effect on Ocean Noise: Nyepi, a Balinese Day of Silence.
Hasilnya, kesunyian Nyepi menurunkan kebisingan antropogenik enam desibel, dibandingkan dengan tiga hari sebelum dan sesudahnya. Penurunan ini meningkatkan jumlah ruang komunikasi hewan laut 16 kali lipat. Williams memperkirakan peningkatan secar signifikan bisa meningkatkan kualitas habitat mereka.
Williams mengungkapkan tanpa kebisingan yang dibuat manusia, termasuk suara gesekan paku di papan dari kapal tanker, laut penuh dengan suara alam. Hidrofon yang didengarkan para peneliti berisi nyanyian pagi oleh ikan-ikan di terumbu karang, suara klik dan erangan paus sperma dan lumba-lumba yang saling mengobrol.
Source | : | discovermagazine.com |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR