Pagi yang cerah di gereja Gubug Selo di lereng barat gunung Merapi tepatnya di kampung Grogol, Mangunsoka, kecamatan Dukun, Magelang, Jawa Tengah para umat katolik melakukan jalan salib untuk memperingati hari raya paskah 2015. Hal yang menarik dari prosesi adalah menafsir ulang arti jalan salib bagi umat Katolik yang sebagian besar adalah petani dan pencari pasir. Tidak ada darah, penyiksaan dan memaku tangan tokoh Yesus Kristus saat reka ulang prosesi.
Salib sederhana dari bambu diikuti oleh umat yang membawa alat pertanian dan peralatan sehari-hari yang dianggap sebagai salib. Perjalanan di mulai dari gereja melewati jalan setapak lorong-lorong kecil kampung, pematang sawah kemudian turun ke kali Senowo yang berhulu di gunung Merapi.
Pada 2010 ketika gunung Merapi erupsi, sungai ini menjadi salah satu jalan lahar hujan yang memporak porandakan jembatan-jembatan yang menghubungkan beberapa kampung, Di sisi lain material yang dimuntahkan membawa rejeki bagi masyarakat. Abu gunung menjadikan tanah subur sehingga pertanian hasilnya berlipat. Pasir dan batu di sungai menjadi penghasilan tambahan, sehingga hampir 24 jam kampung ini dilewati truk-truk pengangkut yang mengakibatkan rusaknya jalan.
Dalam doanya saat misa jalan salib di tepi sungai Senowo, Romo Matheus Sukmawanto menyinggung masalah tersebut, di mana jalan rusak karena truk pengankut pasir segera dibangun, dan pertanian senantiasa subur. Para Umat membawa piranti keseharian mereka, pulpen, buku tulis, garu, cangkul, sabit, tenggok, dan lain-lain sebagai salib yang mereka panggul setiap harinya.
Mereka menjalankan keseharian dengan segala konsekuensinya, harapannya agar berhasil dan sejahtera dalam hidup sebagai refleksi pengalaman kebangkitan seperti yang dilakukan Yesus Kristus.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR