Alih-alih menghasilkan emisi karbon dioksida, mobil yang sedang dikembangkan produsen mobil asal Jerman ini menggunakan karbon dioksida sebagai bahan bakarnya.
Sejak 2009, Audi sudah mengembangkan mesin diesel yang lebih ramah lingkungan. Bekerja sama dengan perusahaan clean technology Sunfire di Dresden, terobosan mobil berbahan bakar karbon dioksida ini dinamakan mobil e-diesel.
Dalam mobil bermesin e-diesel, yang dibutuhkan hanyalah air, karbon dioksida yang didapat dari mesin biogas, angin dan solar. Elektrolisis bersuhu tinggi akan membantu membuat air menjadi uap kemudian memecahnya menjadi gas hidrogen dan oksigen. Oksigen akan dikeluarkan ke atmosfer, sementara hidrogen akan bereaksi dengan CO² di reaktor. Hasil reaksi hidrogen dan CO² itu akan membentuk hidrokarbon cair yang disebut “blue crude”. Hasilnya, mesin diesel rendah polutan.
Produsen mobil berlomba-lomba menciptakan mobil rendah emisi. Mobil e-diesel ini merupakan mobil kesekian yang diciptakan ilmuwan dalam upaya mengurangi emisi gas dunia. Sebelumnya, ilmuwan dari Virginia Tech menciptakan mesin penghasil bahan bakar hidrogen menggunakan bekas tongkol jagung dan sekam (kulit padi).
Tahun ini, Toyota di California meluncurkan mobil berkekuatan hidrogen bernama Mirai. Dengan kemampuan tempuh sejauh 300 mil (480 km), emisi yang dihasilkan dari mobil ini hanyalah air dan uap air.
Mobil Mirai ini menjadi kendaraan dengan bahan bakar hidrogen pertama yang masuk arena balap internasional NASCAR pada 25 April lalu di Richmond International Raceway.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR