Bocah Indonesia, Joey Alexander yang berusia 11 tahun, menjadi berita di sejumlah media terkemuka dunia karena keterampilannya memamainkan piano. Dia pun dijuluki bocah ajaib (child prodigy) karena talentanya yang luar biasa itu.
Situs web New York Times pada Selasa (12/5) membuat berita panjang berjudul Joey Alexander, an 11-Year-Old Jazz Sensation Who Hardly Clears the Piano\'s Sightlines. Untuk versi cetaknya, media itu membuat judul He\'s a Jazz Virtuoso Who Can Barely See Over a Baby Grand. The Telegraph, Rabu, membuat judul, The 11-Year-Old Taking Jazz World by Storm, sementara NBC News, Kamis, membuat judul Pint-Sized Prodigy Joey Alexander: \'Jazz is About Freedom\'.
Joey akan tampil di Newport Jazz Festival yang bergensi pada Agustus mendatang setelah mendapat pujian di panggung musik jazz Amerika. Joey, yang akan mengeluarkan album debutnya My Favorite Things pada minggu ini, mendapat pujian yang tinggi dari peniup terompet dan direktur Jazz at Lincoln Centre Wynton Marsalis.
Marsalis mengatakan, "Tidak pernah ada orang sebelumnya yang dapat Anda bayangkan bisa bermain seperti itu pada usia seperti dia. Saya menyukai segala sesuatu terkait permainannya, ritmenya, kepercayaan dirinya, dan pemahamannya tentang musik."
!break!YouTube
Marsalis, seperti dikutip The Telegraph, mengatakan bahwa dia tahu tentang bocah kelahiran Bali itu setelah seorang teman menyarankan dirinya menyaksikan klip bocah itu di YouTube. Saat itu Joey masih berusia 10 tahun tetapi telah memainkan lagu-lagu John Coltrane, Thelonious Monk dan Chick Corea.
Sekarang, untuk mempromosikan album debutnya, Joey dijadwalkan akan bermain di festival jazz di Montreal dan Newport. Produser Newport, George Wein, mengatakan dia selalu enggan menerima apa yang disebut anak ajaib.
Namun dia telah membuat pengecualian setelah Jeanne Moutoussamy-Ashe, janda legenda tenis Arthur Ashe, membawa Joey ke apartemennya di Manhattan untuk bermain buat dirinya.
"Hal yang berbeda dari kebanyakan pemain muda adalah kematangan pendekatan harmoniknya," kata Wein kepada wartawan AP, Charles J Gans. "Permainannya sangat kontemporer tetapi ia juga punya sebuah rasa tentang sejarah musik."
!break!Penggemar jazz
Orang tua Joey penggemar jazz (terutama Louis Armstrong) dan bocah itu sendiri mengagumi permainan Horace Silver, McCoy Tyner, Bill Evans dan Brad Mehldau. Dia juga mencintai Avengers dan SpongeBob Squarepants.
Joey dilaporkan sangat mencintai dan menghargai bidang seni yang ditekuninya. "Jazz merupakan musik yang keras," katanya saat menjawab sebuah pertanyaan. "Anda harus benar-benar bekerja keras dan harus senang melakukannya. Itulah yang paling penting."
Ia mengatakan, "Bagi saya jazz merupakan sebuah panggilan. Saya suka jazz karena itu tentang kebebasan untuk mengekspresikan diri dan menjadi spontan, penuh ritme dan penuh improvisasi."
Ia melanjutkan, "Teknik penting, tetapi bagi saya pertama kali ketika saya bermain itu harus dari hati dan merasakan alur. Saya ingin mengembangkan (permainan) dengan berlatih dan bermain, dan menantang diri untuk menjadi lebih baik setiap hari."
Di tanah air Joey sudah sering manggung di berbagai pentas jazz. Namun di New York namanya baru muncul. Dia pertama kali dikenal di sana saat muncul di pentas jazz di Lincoln Center dan langsung mendapat standing ovation.
!break!Lahir di Bali pindah ke New York
Joey pindah ke New York tahun lalu bersama kedua orang tuanya. Sejumlah tokoh jazz, seperti Marsalis ikut membantu perpindahan itu. Di Facebook, Joey menyebut Wynton sebagai "pahlawan saya".
Joey, yang bernama lengkap Josiah Alexander Sila, lahir di Bali. Perkenalan awalnya dengan musik jazz melalui CD ayahnya, Denny Sila, yang membawa pulang sejumlah CD jazz pada tahun 1990-an, setelah mendapatkan gelar sarjana di bidang keuangan di Pace University di Manhattan.
Denny dan istrinya, Fara, menjalankan bisnis pariwisata. Walau sangat bangga dengan bakat Joey, terkait karir sang anak mereka mengatakan, "Kami mengikuti saja. Kami tidak pernah berharap apa-apa."
Joey mulai bermain piano saat umurnya 6 tahun. Ia pertama kali memainkan sebuah lagu dari Thelonious Monk. Melihat bakat anaknya, sang ayah, yang merupakan pianis amatir, terdorong untuk mengajarinya beberapa dasar bermain piano. Joey sendiri mengingat, "Saya mendengar rekaman, dan tentu saja YouTube."
Joey kemudiah ikut kursus piano di sejumlah sekolah musik di Jakarta ketika mereka pindah ke Ibu Kota. Pada usia 8 tahun, ia telah bermain untuk pianis Herbie Hancock, yang berada di Jakarta sebagai duta UNESCO.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR