Poulaine (1375-1400)
Selama Abad Pertengahan, penggemar fashion Eropa tidak terlalu memperhatikan hak sepatu.
Mereka lebih terobsesi pada sepatu sempit dengan tumit yang panjang dan runcing, seperti sepatu di foto ini yang terbuat dari kulit.
Sepatu ini kemungkinan milik seseorang dari kelas menengah karena para bangsawan akan memakai jenis yang lebih tidak praktis.
Kegemaran akan sepatu seperti ini melanda Eropa pada akhir abad ke-14.
Agar bentuknya tidak berubah, ujungnya diisi lumut. Sepatu ini kemudian dilipat ke atas agar pemakainya dapat berjalan. Tetap saja penggemarnya mengalami masalah sakit kaki.!break!
Bakiak Mandi (Abad ke-19)
Dimulai pada abad ke-16, pria dan wanita Kerajaan Ottoman mengunjungi hammam atau tempat mandi umum.
Mereka biasanya memakai bakiak mandi atau "qabâqib" dalam bahasa Arab.
Kunjungan ke hammam adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, dan pada mulanya bakiak mandi dibuat agar pemakainya dapat berjalan di atas lantai yang kotor, panas dan licin.
Tetapi barang ini kemudian menjadi bagian fashion, seperti sepasang "qabâqib" kayu tinggi yang digunakan di Mesir pada ke-19 ini.
Dengan hiasan kerang dan logam, bakiak setinggi 28,5cm ini menjadi sepatu tertinggi pada pameran terbaru museum V&A\'s, London yang berjudul Shoes: Pleasure and Pain.
Bakiak ini harus dapat memastikan pemakainya yang kaya raya, terlihat lebih tinggi dibandingkan pemakai hammam yang lain.
Sepatu Gillie Sangat Tinggi (1993)
Terdapat satu pasang sepatu berhak tinggi yang lebih terkenal dibandingkan lainnya.
Sepatu Gillie Sangat Tinggi perancang mode Inggris Vivienne Westwood yang terbuat dari kulit asli dan kulit buaya buatan berwarna biru dengan hak setinggi 21 cm.
Pada tahun 1993, supermodel Naomi Campbell memakainya di panggung Westwood di Paris Fashion Week.
Sepatu ini begitu tinggi sampai membuatnya jatuh di panggung.
Ini adalah momen bersejarah fashion, dan mengingatkan tentang seberapa jauh wanita akan berusaha agar terlihat bergaya.!break!
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR