Demi menjaga keberlangsungan ekosistem kelautan dan perikanan di seluruh wilayah perairan Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupaya keras melakukan pencegahan kerusakan. Salah satu yang dilakukan, dengan menjaga kelestarian terumbu karang.
Cara ini, diyakini dapat mempertahankan sumber kelautan dan perikanan yang ada. Hal tersebut ditegaskan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. "Kita akan melakukan berbagai cara agar sumber kelautan dan perikanan tetap terjaga," ungkapnya di Jakarta, kemarin.
Dengan menjaga terumbu karang, Susi meyakini sumber ikan yang ada di lautan terjaga baik. "Kita tidak mau hanya karena terumbu karang yang tidak terjaga lalu sumber ikan menyusut. Padahal, yang terkena imbasnya langsung nelayan yang biasa menangkap ikan setiap harinya."
Dengan tetap menjaga saja, Susi mengungkapkan, terumbu karang di perairan Indonesia sudah banyak yang mengalami kerusakan. "Apalagi tidak dijaga, pastinya akan semakin banyak yang rusak. Padahal, semua tahu kalau terumbu karang itu sangat bagus untuk menjaga sumber keanekaragaman hayati di laut," jelas dia.
Penyelundupan
Satu hal yang dikhawatirkan Susi saat ini adalah penyelundupan terumbu karang dari berbagai perairan Indonesia. Karena itu aktivitas ilegal, dia meyakini akan sulit mendeteksi langsung.
"Namanya penyelundupan, pasti mengambil dulu dari laut. Pasti, ambilnya juga tidak benar. Padahal, kalau legal, sudah jelas tak akan pernah ada izin karena terumbu karang bisa menjaga sumber ikan," ungkapnya.
Menurut Susi, perusakan dan penyelundupan terumbu karang bisa dikategorikan kegiatan destructive karena memang merusak. "Kami akan tindak destructive illegal fishing, karena terumbu karang rumah ikan di lautan."!break!
Kondisi faktual
Sementara itu, menurut catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kondisi terumbu karang (coral reef) di Indonesia saat ini cukup memprihatinkan. Karena, dari semua wilayah perarian yang memilki terumbu karang, kondisinya banyak yang rusak.
Menurut LIPI, walau terus terjadi kerusakan, namun terumbu karang Indonesia tetap menjadi yang terkaya di dunia. Dengan luas 2,5 juta hektare, terumbu karang di Indonesia tercatat memiliki keragaman hayati tertinggi di dunia. Dari 750 jenis karang yang ada, LIPI mencatat, seluruhnya merupakan bagian dari 75 marga terumbu karang dunia.
Selain mendominasi jenis terumbu karang di dunia, terumbu karang di Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi. Itu diketahui dari keberadaan 2.500 jenis ikan, 2.500 jenis moluska, 1.500 jenis udang-udangan, dan 590 jenis karang batu.
Identitas terumbu karang Indonesia di dunia makin dikenal karena bagian dari coral triangle atau segitiga karang dunia. Ada enam negara yang di dalamnya yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon.
Raja Ampat di Papua Barat, merupakan wilayah yang kaya akan terumbu karang. Kajian ekologi yang dilakukan The Nature Conservancy (TNC) pada 2002 menunjukkan, di perairan Raja Ampat terdapat sedikitnya 537 jenis karang dan 1074 jenis ikan. Catatan tersebut menasbihkan Raja Ampat sebagai kepulauan yang mengoleksi jenis terumbu karang terbanyak di dunia.
Selain Raja Ampat, wilayah lain di Indonesia yang dikenal karena reputasi terumbu karangnya adalah Kepulauan Derawan (Kalimantan Timur), Pulau Banda (Maluku), Nusa Penida (Bali), Pulau Komodo (Nusa Tenggara Timur), Bunaken (Sulawesi Utara), Kepulauan Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Teluk Cendrawasih (Papua).
Ulah manusia
Sementara itu, menurut Kepala Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI Suharsono, kekayaan terumbu karang di Indonesia harusnya dapat dijaga dengan baik. Karena, terumbu karang Indonesia merupakan yang terbaik di dunia.
“Sebagian besar, kerusakan terumbu karang karena ulah manusia. Biasanya, perusakan dilakukan dengan sengaja ataupun tidak melalui penangkapan ikan dengan racun dan bom, pengambilan karang, sedimentasi dan over fishing,” tuturnya.
Dalam penelitian Suharsono, kondisi terumbu karang rusak dari waktu akibat faktor tersebut. Dia mencatat, sejak penelitian pertama dilakukan pada 1993 hingga 2007 di 73 daerah dengan 841 stasiun dari Sabang ke Kepulauan Padaido, Papua, diperoleh hasil yang cukup mengejutkan.
“Pada 2006, hanya 5,2 persen terumbu karang yang kondisinya sangat baik; 24,2 persen dalam kondisi baik; 37,3 persen dalam kondisi sedang; dan 33,1 persen dalam kondisi buruk,” papar dia.
Karena kondisi tersebut, Suharsono mengaku prihatin dan mengajak semua pihak untuk bersama menjaga kekayaan terumbu karang yang nilainya tak terhitung dengan rupiah. “Dengan ikut menjaga, manfaat positif akan kita rasakan di masa depan, termasuk dalam bidang ekonomi dan lainnya,” ujarnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR