Nationalgeographic.co.id—Seorang anak dengan latar belakang evolusi misterius menjadi kasus tertua yang diketahui tentang pertumbuhan gigi mirip manusia di Asia Timur.
Para peneliti menceritakan bahwa fosil rahang atas anak mengandung tujuh gigi yang sedang dalam proses berkembang ketika ia berusia sekitar 6,5 tahun. Peneliti memperkirakan anak ini meninggal setidaknya 104.000 tahun yang lalu.
Hasil sinar-X dalam memeriksa struktur internal gigi, terungkap bahwa geraham pertama, yang biasanya tumbuh melalui gusi sekitar usia 6 tahun pada anak-anak hari ini, telah erupsi beberapa bulan sebelum kematian.
Akar gigi itu lengkap sekitar 3 perempat, mirip dengan kecepatan perkembangan anak manusia modern. Akar gigi lain yang ditemukan dalam fosil tumbuh lebih cepat daripada anak-anak modern.
“Namun pertumbuhan dan perkembangan gigi anak-anak zaman dahulu secara keseluruhan berada dalam kisaran yang diamati di antara anak-anak saat ini,” ujar Song Xing, paleoantropolog dari Chinese Academy of Sciences dari Beijing.
Baca Juga: Pertumbuhan Gigi pada Neanderthal Lebih Cepat Daripada Manusia Modern
Ilmuwan berspekulasi tingkat perkembangan gigi seperti manusia itu menunjukkan bahwa anak muda itu termasuk dalam Homopopulasi Asia Timur dengan rentang hidup yang relatif lama dan masa perawatan anak yang lama.
Ciri-ciri tersebut berkaitan dengan masa pertumbuhan gigi manusia masa kini yang panjang. Akan tetapi sulit untuk mengetahui di mana sisa-sisa anak-anak itu, yang digali dengan fosil hominid lain di situs Tiongkok utara yang disebut Xujiayao pada akhir 1970-an, cocok dengan evolusi manusia.
Mengidentifikasi spesies fosil Tiongkok sulit karena temuan ini memiliki campuran fitur yang tidak biasa. Gigi besar yang dimiliki fosil tersebut paling mirip dengan ciri Neandertal dan Homo erectus, 2 anggota genus Homo yang sekarang sudah punah. Namun bentuk beberapa gigi lainnya paling mirip dengan gigi Homo sapiens.
Xing dan rekan menyarankan bahwa ada kemungkinan juga bahwa fosil Xujiayao berasal dari Denisovans, populasi Asia Timur penuh teka-teki yang diketahui terutama dari DNA purba.
Analisis fosil dan DNA purba menunjukkan bahwa keempat spesies Homo hidup di wilayah tersebut selama periode fosil anak-anak itu berasal. “Terlepas dari spesiesnya, anak Xujiayao memberikan pandangan pertama tentang perkembangan gigi pada populasi Homo Asia Timur kuno,” kata Debbie Guatelli-Steinberg, paleoantropolog dari Ohio State University di Columbus.
“Manusia modern berkembang perlahan, dan setidaknya selama 6 tahun pertama kehidupan, gigi individu Xujiayao menunjukkan bahwa ia juga berkembang perlahan,” katanya.
Baca Juga: Penyebab Gigi Bungsu Baru Tumbuh Saat Kita Dewasa Akhirnya Terungkap
Garis yang terbentuk pada gigi secara berkala selama masa kanak-kanak menandai lapisan email yang menumpuk setiap hari dan dalam waktu yang lebih lama. Usia dan tingkat pertumbuhan gigi anak Xujiayao dihitung dengan menghitung lapisan email harian. Menariknya, garis pertumbuhan berbeda yang terbentuk kira-kira setiap delapan hari pada email anak manusia muncul lebih lambat di gigi anak Xujiayao, kira-kira setiap sepuluh hari.
Namun sulit untuk mengetahui dari satu bukti itu apakah anak purba menjadi dewasa bahkan lebih lambat daripada anak-anak muda saat ini. Tidak diketahui apakah gigi anak purba akan terus berkembang dengan kecepatan yang relatif lambat, seperti manusia setelah usia 6 tahun. Selain itu, tidak jelas pula apakah sisa kerangka anak itu matang secara bertahap.
Jika temuan China itu milik H. sapiens, tingkat pertumbuhan giginya dan ciri-ciri gigi lainnya sejajar dengan fosil H. sapiens dari Israel dan Afrika Utara yang berasal dari sekitar 300.000 tahun yang lalu. Sementara H. erectus dan Neandertal, menunjukkan berbagai sifat gigi yang terkadang tumpang tindih dan tingkat pertumbuhan dari waktu ke waktu. Hal ini mempersulit upaya klasifikasi berdasarkan gigi saja. Mengekstraksi DNA dari rahang atau gigi anak-anak Tiongkok akan membantu memperjelas kedudukan evolusionernya. Namun hingga saat ini belum ada upaya pengambilan DNA seperti itu yang dilakukan.
Source | : | Histecho.com |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR