Salah satu perhelatan seni rupa yang disebut-sebut paling rutin dan konsisten di Indonesia, Biennale Jogja, siap menggelar edisi ke-13-nya pada 1 November sampai 10 Desember 2015. Biennale Jogja (BJ) XIII ini sekaligus menjadi edisi ketiga dari Biennale Ekuator, dimana edisi pertama (2011), BJ bekerja sama dengan India, lalu dilanjutkan dengan lima negara kawasan Arab pada 2013. Tahun ini, Nigeria diajak untuk berjejaring dalam Biennale Jogja XIII Ekuator #3.
Setelah lepas dari koloni Inggris, Nigeria dipimpin oleh rezim militer. Dan di tahun yang sama dengan Indonesia saat reformasi, 1998, Nigeria juga memulai babak baru dalam proses demokrasinya.
Dalam siaran pers BJ, situasi-situasi yag nyaris serupa dalam konteks sosial politik ini diobservasi lebih lanjut oleh tim kuratorial untuk menjadi landasan pemikiran dalam BJ XIII. Dari hal tersebut, lahirlah judul Hacking Conflict (Meretas Konflik) yang mencoba mendayagunakan konflik, ketidakteraturan dan perbedaan sebagai bagian dari upaya masyarakat di kedua negara untuk membangun gerakan progresif dan strategis.
Dalam BJ XIII, Rain Rosidi, Woto Wibowo atau lebih akrab dengan nama Wok The Rock, dan Jude Anogwih didapuk menjadi tim kuratorial. Direktur Artistik BJ XIII dijabat oleh Rain Rosidi, seorang kurator independen dan dosen di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Seniman lintas disiplin dan Direktur Ruang MES 56, Wok The Rock menjabat sebagai Kurator BJ XIII. Sementara Jude Anogwih menjabat sebagai Kurator Mitra BJ XIII. Selama ini, Jude dikenal sebagai seniman dan kurator yang bekerja di Center for Contemporary Arts Lagos, Nigeria.
Dalam Biennal Jogja XIII Ekuator #3 terdapat tiga program utama, yaitu Pameran Utama, Festival Ekuator dan Parallel Events. 24 orang seniman Indonesia dan 12 dari Nigeria dipilih dalam Pameran Utama. Mereka dianggap bisa menerjemahkan dan merespon tema pameran melalui proyek dan karya seni yang menampilkan kecenderungan estetik terkini kedua negara.
Beberapa diantaranya adalah Ardi Gunawan, Anti Tank, Arief Yudi, Dodo Hartoko, Elia Nurvista, Fitri Setyaningrum, ketjilbergerak, Serrum, Tarlen Handayani, Wukir Suryadi, Yazied Syafa\'at, Yudi Ahmad Tajudin dan Yustoni Volunteero. Sementara dari Nigeria adalah Aderemi Adegbite, Amarachi Okafor, Emeka Udembe, Ndidi Dike, Olanrewaju Tejuoso, Segun Adefila dan Victor Ehikhamenor.
Di akhir siaran pers, BJ menuliskan bahwa program Festival Ekuator akan menjadi ruang bagi masyarakat untuk ambil bagian dari peristiwa seni dua tahunan ini dengan mengakomodasi keragaman praktik artistik dan wacana yang berkembang di luar ruang seni di pusat kota. Sementara Parallel Events akan mengundang para seniman dan praktisi dari bidang lain untuk mengirim proposal, sehingga gagasan kreatif dan pemikiran-pemikiran kritisnya yang terkait dengan tema pameran dan relasi Indonesia-Afrika bisa dipresentasikan kepada publik secara luas.
Penulis | : | |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR