Awal Juli lalu, sebuah analisa ilmiah yang dimuat dalam jurnal Lancet Psychiatry mengungkapkan, bahwa perokok berisiko tiga kali lebih tinggi terkena psikosis (gangguan mental hilang kontak dengan realitas seperti skizoprenia dan gangguan bipolar) jika dibandingkan dengan bukan perokok. Analisa ini didapat setelah para ilmuwan dari King\'s College London meneliti 61 observasi yang melibatkan 15.000 perokok dan 273.000 bukan perokok.
Hasil analisa menunjukkan bahwa 57% orang yang mengalami episode pertama psikosis adalah perokok. Gangguan psikotik juga ditemukan berkembang sekitar satu tahun sebelum gejala benar-benar terlihat pada mereka yang merokok setiap hari (perokok berat). Ini ibarat penyakit fisik dengan masa inkubasi kuman satu tahun sebelum penyakitnya benar-benar muncul.
Studi ini melengkapi temuan sebelumnya oleh Washington University School of Medicine di St Louis, yang menemukan, bahwa orang dengan penyakit mental berat seperti skizofrenia atau gangguan bipolar memiliki risiko lebih tinggi untuk menyalahgunakan zat yang membahayakan kesehatan seperti rokok, alkohol, dan ganja. Pasalnya, benda-benda tersebut oleh para pengidapnya dianggap dapat melawan rasa tidak enak akibat efek samping obat dan rasa gelisah yang memang biasa timbul pada penderita gangguan kejiwaan.
Mengenai analisa yang menyebutkan bahwa rokok dapat meningkatkan risiko gangguan mental, Robin Murray, profesor di Institute of Psychiatry, Psychology & Neuroscience King\'s College London mengatakan,"Rokok dan psikosis ibarat lingkaran setan. Merokok dapat memicu kondisi gangguan psikotik, pengidap gangguan psikotik cenderung jadi perokok.
Masih diperlukan studi jangka panjang untuk menyelidiki hubungan langsung antara merokok setiap hari, merokok sporadis, ketergantungan nikotin dan pengembangan risiko gangguan psikotik. Namun, sinyal bahwa kebiasaan merokok ternyata lebih berbahaya dari yang kita ketahui selama ini seharusnya menjadi pendorong bagi pemerintah dan segenap anggota masyarakat untuk terus mengampanyekan gaya hidup sehat yang jauh dari rokok."
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR