Pakar ilmu kelautan Australia menyatakan, model arus laut konsisten dengan temuan puing yang diduga merupakan bagian dari pesawat Boeing 777 di Pulau La Reunion di kawasan Samudra Hindia selatan.
Model arus laut konsisten dengan penemuan potensi puing-puing di daerah tropis, yang kira-kira berjarak 3.700 kilometer di utara-barat, menurut para ahli oseanografi.
Arus besar, yang bergerak berlawanan dengan arah jarum jam yang disebut "pilin", mencakup sebagian besar bagian selatan dari 70,5 juta kilometer persegi Samudra Hindia.
Arus besar ini bergerak ke timur Samudra Hindia di dekat Antartika ke pantai Australia Barat dan ke arah barat di bawah khatulistiwa ke arah La Reunion dan Madagaskar, sebelum akhirnya berbelok ke selatan.
"Hasil dari mode arus yang kami lakukan tahun lalu menunjukkan prediksi kemunculan puing pesawat ini dalam waktu 18-24 bulan setelah kecelakaan. Itu merupakan kemungkinan bahwa puing pesawat tersebut akan berakhir di sekitar kawasan itu," kata Charitha Pattiaratchi, profesor ilmu kelautan pesisir dari Universitas Australia Barat.
Titik asal puing itu "pasti akan berada di belahan bumi selatan, akan bergerak menuju ke timur, dan itu pasti akan mencakup area pencarian fisik yang dilakukan saat ini," tambahnya.
!break!
Pencarian fisik pesawat MH370 saat ini baru rampung setengah dan telah mencakup 120.000 kilometer persegi dasar laut.
Model yang dilakukan Profesor Pattiaratchi menunjukkan bahwa puing-puing pesawat itu bisa tersapu jauh hingga ke barat Madagaskar dalam waktu dua tahun, atau juga tersapu jauh ke arah Timur hingga pesisir Tasmania atau lebih jauh lagi.
Dave Gallo, yang ikut memimpin pencarian untuk penerbangan Air France 447 yang jatuh di Samudra Atlantik pada tahun 2009, memperingatkan bahwa menelusuri kembali puing-puing yang tersapu ke daratan melalui pemodelan arus laut dapat menyesatkan peneliti.
Retro-drifting dari reruntuhan yang ditemukan hanya lima hari setelah Air France mengalami kecelakaan, menurut dia, bahkan tidak menghasilkan terobosan apa pun.
"Kami menghabiskan dua bulan di daerah itu, dan tidak menemukan apa-apa. Kondisi itu menciptakan ketidakpercayaan dari industri," kata Gallo, Direktur Proyek Khusus Institutsi Kelautan Woods Hole.
"Mencari petunjuk dari sesuatu yang sudah berusia 500 hari di laut itu akan sangat sulit."
Petunjuk lebih lanjut mungkin belum akan didapatkan dari puing-puing.
"CSIRO Australia (lembaga penelitian) meneliti foto-foto untuk melihat apakah remis yang ada di reruntuhan itu akan dapat mencerminkan berapa lama puing itu telah berada di dalam air," kata Truss.
"Kita semua secara internasional berusaha untuk menyelesaikan pencarian ini," tambahnya.
Para ahli bahkan dapat memberi tahu dari wilayah laut yang mana puing itu berasal hanya dengan melihat jenis spesies remis atau teritip yang menempel di bagian puing tersebut.
Jika berhasil dipastikan bahwa puing itu berasal dari MH370, maka puing tersebut dapat memberikan lompatan penting bagi upaya pencarian pesawat MH370.
Temuan ini juga dapat membantu menyingkirkan beberapa teori konspirasi yang lebih aneh serta meningkatkan prospek penemuan lebih banyak pada puing-puing di daerah yang sama.
"Ketika kami pertama memulai pencarian, tidak ada sedikit pun bukti nyata kalau di sana memang ada pesawat yang jatuh sama sekali," kata Gallo.
"Pesawat Air France itu bisa saja jatuh di pegunungan. Pesawat itu bisa saja jatuh di tempat yang lain."
Bagian dari serpihan pesawat sepanjang 2 meter itu ditemukan oleh orang yang sedang membersihkan pantai di sebelah timur Madagaskar yang jaraknya ribuan kilometer dari lokasi MH370 diperkirakan jatuh.
Perkembangan baru itu muncul setelah ahli kelautan mengatakan sangat masuk akal jika puing-puing dari pesawat yang hilang bisa tersapu hingga ke dekat Afrika oleh arus laut.
Badan investigasi kecelakaan udara Prancis sedang mempelajari puing-puing itu untuk menentukan apakah puing pesawat yang ditemukan memang berasal dari pesawat MH370.
Pesawat Boeing 777 milik maskapai Malaysia Airlines ini menghilang tanpa jejak pada 8 Maret 2014 atau 16 bulan yang lalu dalam rute perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Beijing dengan membawa 239 penumpang dan awak.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR