Nationalgeographic.co.id—Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia bermigrasi ke benua Amerika Utara melalui Beringia, daratan yang pernah menjembatani laut antara apa yang sekarang disebut Siberia dan Alaska.
Isu yang masih menjadi teka-teki sampai saat ini adalah siapa sebenarnya manusia yang menyeberang di era prasejarah, dan siapa yang bertahan sebagai nenek moyang penduduk asli Amerika saat ini. "Misteri itu, masih menjadi bahan perdebatan panjang," tulis Craft.
Brian Handwerk Craft menulisnya kepada Smithsonian Magazine dalam artikelnya berjudul Ancient DNA Reveals Complex Story of Human Migration Between Siberia and North America, publikasi 5 Juni 2019.
"Adanya dua studi DNA baru yang bersumber dari fosil langka di kedua sisi Selat Bering membantu menulis kajian baru dalam kisah perjalanan masyarakat prasejarah ini," tambah Craft.
Studi pertama, dilakukan dengan menggali genetika masyarakat Amerika Utara, Paleo-Eskimo (beberapa orang paling awal yang menghuni Arktik) dan keturunan mereka.
"Penelitian ini berfokus pada populasi yang hidup di masa lalu dan hari ini, di Amerika bagian utara. Hal ini menunjukkan hubungan menarik antara penutur Na-Dene dengan orang pertama yang bermigrasi ke Amerika dan orang Paleo-Eskimo," Ungkap Anne Stone dalam tulisan Craft.
Anne Stone adalah seorang ahli genetika antropologi di Arizona State University yang menilai kedua studi untuk membuktikan kehidupan dan aktivitas yang terjadi di era prasejarah.
Selat Beringia telah terbentuk sekitar 34.000 tahun yang lalu. Pada saat itu, manusia pemburu mamut pertama melintasinya lebih dari 15.000 tahun yang lalu atau mungkin jauh lebih awal dari yang diperkirakan.
Kemudian, migrasi besar-besaran para penduduk terjadi sekitar 5.000 tahun yang lalu, oleh orang-orang yang dikenal sebagai Paleo-Eskimo, tersebar di banyak wilayah di Arktik Amerika hingga Greenland.
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR