Namun, dalam arsip yang diperlihatkan Djoko Utomo sewaktu menjabat Kepala Arsip Nasional RI, syair lagu kebangsaan itu dipublikasi Sin Po pada terbitan 27 Oktober 1928.
Dengan demikian, ada kemungkinan "Indonesia Raya" sudah "dibocorkan" di Sin Po, sebelum diperdengarkan secara instrumentalia pada saat diikrarkan Sumpah Pemuda.
WR Supratman sendiri dikenal sebagai wartawan Sin Po sejak 1925.
Karena aturan pemerintah, nama Sin Po kemudian berubah menjadi Pantjawarta pada Oktober 1958, kemudian jadi Warta Bhakti pada tahun 1960-an.
Nasib Sin Po berakhir saat Orde Baru di ambang kelahirannya.
Karena dianggap simpatisan Partai Komunis Indonesia dan terlibat Gerakan 30 September 1965, koran yang sudah bernama Warta Bhakti itu kemudian dilarang terbit sejak 1 Oktober 1965.
Kekerasan yang terjadi pasca-G30S 1965, itu tidak hanya mematikan eksistensi Sin Po. Secara perlahan, perannya dalam pergerakan kebangsaan pun mengelupas dalam catatan sejarah.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR