“Malam ini adalah malam mencari jodoh—bagi mereka yang jomblo,” ujar Zhen Zhen. “Setiap malam Cap Go Meh, anak-anak muda berjalan mengelilingi kelenteng sebanyak tujuh kali."
Saya berdiri di depan pintu masuk klenteng untuk beberapa saat sembari menyaksikan warga yang berdoa di teras. Saya heran, banyak sekali muda-mudi yang melintas berkali-kali di pelataran depan. Berkali-kali pula saya menjumpai kawanan muda-mudi yang sama. Tampaknya mereka berjalan mengelilingi klenteng.
“Malam ini adalah malam mencari jodoh—bagi mereka yang jomblo,” ujar seorang gadis bernama Zhen Zhen, yang akrab disapa Anggreny. Usianya 27 tahun. Dia adalah anak perempuan Fenny. Dua perempuan itu aktif dalam kegiatan klenteng. “Setiap malam Cap Go Meh,” ungkap Anggreny, “anak-anak muda berjalan mengelilingi kelenteng sebanyak tujuh kali. Kebetulan tahun ini perayaannya bersamaan dengan Valentine.”
Awalnya saya kesulitan mencari Anggreny karena atmosfer malam yang hiruk pikuk, belum lagi dia bertugas membantu mamanya di klenteng. Saya meneleponnya dan kami bertemu di pelataran belakang klenteng. Jika malam itu banyak anak muda yang berkencan di sudut pelataran klenteng, saya dan gadis itu bersepakat bertemu di depan patung Sun Go Kong—Si Kera Sakti.
Jika malam itu banyak anak muda yang berkencan di sudut pelataran klenteng, saya dan gadis itu bersepakat bertemu di depan patung Sun Go Kong—Si Kera Sakti.
“Biasanya mereka yang berkeliling mencari jodoh itu anak-anak SMP dan SMA. Mereka berkeliling tujuh kali searah jarum jam,” ungkapnya. “Kalau dalam putaran keliling itu dia selalu berpapasan dan bertatapan dengan orang yang sama, berarti mungkin itu jodohnya.”
Menurut keyakinan mitologi Cina, angka tujuh berkaitan dengan elemen perempuan. Konon, bayi perempuan mulai tumbuh gigi pada usia tujuh bulan, gigi tanggal ketika tujuh tahun. Pada usia 14 tahun—kelipatan tujuh—mendapat menstruasi, kemudian pada usia 49 mendapat menopause.
Tampaknya mitos itu ada benarnya. Saya bertemu dengan Chiaw Lie, perempuan berusia 54 tahun. Seperti Fenny, dia juga turut membantu perayaan Cap Go Meh di klenteng ini. Lie termasuk salah satu orang yang pernah mendapat berkah dari ajang Malam Mencari Jodoh di klenteng ini, beberapa dekade silam. Sudah takdirnya, Lie bertemu seorang lelaki yang kelak menjadi suaminya—hingga hari ini.
Chiaw Lie termasuk salah satu orang yang pernah mendapat berkah dari ajang Malam Mencari Jodoh di klenteng ini. Lie bertemu seorang lelaki yang kelak menjadi suaminya—hingga hari ini.
Kemudian saya bertanya suatu hal kepada Anggreny tentang dirinya, mengapa dia tak turut serta dalam ritual tersebut. Dia tersenyum lebar dengan pipi merah merona. Kemudian dia berkata, yang mungkin sekaligus menyiratkan curahan hatinya, “Yang dewasa ngga ikut berkeliling lagi karena sudah bosan.”
Kawanan pemuda berbaju merah kembali berlari sembari membawa tongkat yang menopang Sang Naga yang mengejar matahari. Dari pintu gerbang, mereka menuju pelataran belakang klenteng. Para pengunjung yang awalnya di tengah pelataran, segera beranjak menepi. Ketika akrobat Sang Naga sedang bergelora, angin berembus kencang membawa hujan dari arah Sungai Mahakam.
Hujan deras malam itu manandai berakhirnya perayaan Malam Mencari Jodoh—namun, hujan tidak berarti mengakhiri harapan mereka yang belum mendapatkannya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Silvita Agmasari |
KOMENTAR