Banyak hal buruk dapat terjadi selama misi tiga tahun ke Mars, dan hanya ada beberapa obat yang dapat dibawa selama misi. "Untuk makanan, Anda dapat memprediksi dengan tepat berapa banyak yang perlu para astronot, namun, obat-obatan? Anda tidak dapat memprediksinya." ungkap Clay Wang, seorang peneliti dari University of Southern California.
Bagaimana jika para astronot memerlukan kebutuhan mendadak untuk obat yang tidak dikemas? Tak dipungkiri, masalah ini nyata, bahwa lingkungan ruang angkasa membuat banyak obat kehilangan potensi dan menurun lebih cepat dibandingkan dengan obat di Bumi.
Itu adalah alasan mengapa Wang berpikir penjelajah Mars di masa depan mungkin perlu untuk menanam obat mereka sendiri. Laboratorium di University of Southern California menjadi tempat memulai percobaan ini, yang nantinya dapat membuka jalan kemungkinan tersebut.
Jika semua berjalan sesuai rencana, sebuah sampel beruntung beberapa jamur yang disebut Aspergillus nidulans akan dikirim bersama dengan peluncuran roket SpaceX ke Stasiun Antariksa Internasional.
Spesies tertentu dari jamur penting dalam penelitian biomedis. Para ilmuwan pada dasarnya tahu genom A. nidulans luar dalam, tetapi ada bagian yang masih misterius. Fungsi banyak gen tidak diketahui, maka tim Wang berharap tekanan lingkungan ruang angkasa mungkin dapat mengaktifkan gen-gen tersebut dan menghasilkan senyawa baru.
”Jika Anda membayangkan A. nidulans sebagai pabrik, ia seperti banyak mesin di pabrik yang telah dimatikan, sehingga kita tidak tahu lagi apa yang terjadi pada mereka," kata Wang. "Di ruang angkasa, mereka mungkin akan kembali hidup," tambah Wang.
Pada kebanyakan kasus, A. nidulans membuat hanya beberapa kelas senyawa, namun Wang mengatakan jika laboratorium telah menemukan bahwa mereka menghasilkan produk alami yang berbeda, tergantung pada kondisi di mana mereka tumbuh. Tim ini berharap dengan kondisi unik, seperti stres di ruang angkasa dapat mendorong jamur untuk mendapatkan kreatifitas dan menghasilkan senyawa yang dapat berubah menjadi obat.
Tim Wang juga ingin mengubah A. nidulans, atau jamur lainnya, menjadi tanaman yang dapat menjadi beranekaragam obat di ruang angkasa. Namun, pertama-tama mereka harus melihat bagaimana radiasi yang tinggi, lingkungan gravitasi yang rendah dari stasiun ruang angkasa mempengaruhi jamur.
Guna mengetahui hal tersebut, mereka mengirim sampel dari jamur untuk tumbuh di stasiun ruang angkasa selama beberapa hari, kemudian membekukan sampel sampai mereka dapat dikirim kembali ke Bumi. Setelah jamur kembali dari ruang angkasa, para peneliti akan membandingkan metabolit, protein, dan pola ekspresi gen untuk sampel yang disimpan di tanah.
Selanjutnya, para peneliti bisa menggunakan informasi tersebut untuk mengembang biakkan, dan memproduksi jamur, baik A. nidulans atau spesies lain.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR