Pagi itu, lereng selatan Merapi masih basah sisa hujan deras semalaman. Di bekas kediaman Almarhum Mbah Maridjan, Kinahrejo, puluhan abdi dalem Kraton Yogyakarta telah berkumpul bersama ratusan masyarakat. Sinar emas mentari yang baru saja lolos dari celah bukit dan pepohonan mengiringi prosesi doa upacara keberangkatan Labuhan Merapi. Juru kunci Merapi, Mas Kliwon Suraksohargo yang akrab disapa Mas Asih, memimpin langsung prosesi Labuhan Merapi.
Dengan langkah yang semarak, abdi dalem dan masyarakat beriringan mengarak ubo rampedan sesaji sejauh 2 km ke Pos Srimanganti di lereng atas Merapi. Jalanan yang terus menanjak tak jadi soal bagi beberapa hadirin yang sudah sepuh. Labuhan Merapi adalah tradisi tahunan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai bagian dari wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keselamatan Sultan Hamengkubuwono X dan masyarakat Yogyakarta. Dilakukan setiap akhir bulan Rajab, tradisi Labuan Keraton Ngayogyakarta Hadiningratjuga dihelat di Pantai Parangkusumo dan Gunung Lawu.
!break!
Satu setengah jam menembus hutan Taman Nasional Gunung Merapi, tibalah rombongan arak-arakan di Srimanganti. Di tempat yang dikerubungi rimbun pepohonan ini, Labuan Merapi telah dilaksanakan secara ratusan tahun. Tampak ratusan warga sudah memadati lokasi untuk ‘ngalap berkah’ atau sekedar meramaikan. Aneka ubo rampe sesaji diletakkan pada pelataran di antara bebatuan. Abdi dalem duduk bersila dan hadirin masyarakat juga mengikuti dengan mengelilinginya. Khidmat upacara Labuhan Merapi pun dimulai.
!break!
Ubo Rampe Labuhan Merapi satu per satu ditunjukan dan dilabuh, yakni semekan gadhung melati, sinjang limar, semekan gadhung melati, sinjang cangkring serta paningset udaraga, masing-masing satu lembar. Turut juga dilabuh seloratus lisah konyoh [minyak], kelapa satu buah, uang dalam dua amplop, selembar destar doromuluk dan 10 biji seswangen. Labuhan Merapi juga dilengkapi beberapa makanan sesaji seperti nasi tumpeng, srundeng dan lauk ingkung ayam yang diberikan kembang setaman. Lantunan doa-doa dirapal abdi dalem penuh khusyuk pada setiap prosesi labuhan ubo rampe.
Penghujung Labuhan Merapi adalah momen yang dinanti para pemirsa setelah satu jam prosesi. Labuhan Merapi diakhiri dengan pembagian nasi berkat yang dikemas dalam plastik bening. Isinya nasi, serundeng dan suwiran ayam. Tak ada keriuhan yang berlebihan karena semua hadirin sangat menghormati jalan sakral prosesi. Masing-masing pun mendapatkan nasi berkat Labuhan Merapi, tak terkecuali. Semua bahagia.
Bagi masyarakat pinggang Merapi, Labuhan Merapi adalah wujud berharmoni dan bersyukur atas lingkungan yang memberi kehidupan walaupun penuh risiko. Hidup menjadi bagian salah satu gunung paling aktif di dunia, bencana mungkin akan ada di depan mata. Tapi anugerah kesuburan luar biasa, pasir melimpah dan lanskap wisata yang memesona, lebih dimaknai positif dan didayagunakan warga Merapi untuk melanjutkan makmur kehidupan.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR