Nationalgeographic.co.id—Elon Musk, pengusaha sekaligus inovator yang baru saja dinobatkan sebagai Person of the Year majalah Time, mengatakan bahwa SpaceX sedang memulai program untuk mengambil karbon dioksida dari atmosfer untuk dijadikan bahan bakar roket. Ia juga mengatakan inovasi yang sedang diupayakan oleh perusahaannya yang bergerak di bidang teknologi dan kedirgantaraan luar angkasa ini "juga bakal penting untuk (eksplorasi di) Mars".
Seperti yang telah diketahui para ilmuwan sejauh ini, karbon dioksida atmosfer merupakan salah satu dari sedikit hal yang dapat digunakan untuk menggerakkan perjalanan pulang dari Mars.
"SpaceX memulai program untuk mengambil CO2 dari atmosfer & mengubahnya menjadi bahan bakar roket," ujar Musk dalam cuitan di akun Twitternya pada 14 Desember 2021 seperti dilansir IFL Science.
"Mari bergabung jika tertarik," tambah Musk.
Bagaimana orang-orang bisa "bergabung" dalam proyek itu tidaklah jelas. Itu hanya salah satu dari banyak pertanyaan yang berkaitan dengan proyek tersebut yang belum terjawab.
Serbuan penerbangan ke tepi luar angkasa telah memicu kritik atas kerusakan yang ditimbulkan oleh misi semacam itu ke atmosfer, bahkan dari satu pusat lainnya. Tidak seperti Blue Origin atau Virgin Galactic, SpaceX agak terlindung dari kritik tersebut karena bantuan yang diberikannya untuk penelitian NASA dianggap lebih bermanfaat.
Namun demikian, sejumlah besar karbon dioksida yang dilepaskan setiap kali roket SpaceX lepas landas tidak sesuai dengan upaya Musk untuk menghentikan transportasi berbasis darat dari bahan bakar fosil melalui Tesla. Jadi, cuitan Musk di Twitter tersebut tidak sepenuhnya tiba-tiba.
Bagaimanapun, upaya membuat bahan bakar roket dari udara tipis untuk mendukung jadwal peluncuran SpaceX saat ini dengan cukup ekonomis, tentu saja tidak akan mudah. Baik Musk, maupun situs web SpaceX, tidak memberikan perincian apakah itu yang dimaksudkan ataupun bagaimana mereka bisa mencapainya.
Hal yang paling dekat sebagai bentuk klarifikasi dari Musk atas cuitannya itu adalah Musk mengatakan "Yup" untuk menanggapi komentar seorang insinyur yang menyebut reaksi Sabatier. Dalam reaksi ini karbon dioksida dan hidrogen digabungkan untuk membuat metana, bahan bakar roket potensial, dan air.
Baca Juga: Elon Musk Mau Ubah Starship SpaceX Jadi Teleskop Luar Angkasa Raksasa
Jika rencananya adalah menggunakan reaksi Sabatier, kerugiannya adalah bahwa setiap metana yang terlepas tanpa terbakar akan memiliki efek pemanasan yang berkali-kali lipat lebih besar daripada karbon dioksida yang digunakan untuk membuatnya. Itu bukanlah masalah untuk melepaskan bahan bakar dalam perjalanan antar planet, tetapi bisa menjadi masalah saat lepas landas. Alternatif lainnya, karbon dioksida dapat diubah menjadi bahan bakar cair.
Apakah salah satu dari opsi ini lebih baik daripada hanya menggunakan hidrogen atau bahan bakar bebas karbon lainnya secara langsung, masihlah harus diteliti lebih lanjut. Namun mereka yang memiliki ide tentang bagaimana melakukannya tampaknya adalah orang-orang dimaksudkan oleh Musk untuk diajak ikut bergabung atau berkontribuasi dalam proyek ini.
Baca Juga: Elon Musk Sebut Cip Otak Buatannya Bisa Mengakhiri Bahasa Manusia
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR