Total investasi yang digelontorkan sampai sekarang sekitar Rp 2,5 miliar hingga Rp 3 miliar. Hasilnya sudah tampak pada keberadaan jalur khusus mobil petualangan seperti jip.
Tak ketinggalan, komunitas sepeda PertaBike beraktivitas dengan menggelar kegiatan bersepeda mengelilingi desa. Aktivitas itu sekaligus untuk meninjau kegiatan penambangan tradisional. Jalur sepeda dimulai dari depan Rumah Singgah Wonocolo, yang sekaligus menjadi museum mini tentang sejarah penambangan.
"Sejauh ini, kami sudah menyebarkan pamflet. Kami masih terus memetakan arah pengembangan desa. Kami tak menutup kemungkinan untuk mengembangkan hingga jejak sejarah lainnya, seperti permukiman peninggalan Belanda," kata Baron.
Saat ini, Pertamina EP mengurus izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan luas tanah sekitar 50 hektar. Kolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro juga dilakukan dalam bentuk promosi.
Secara terpisah, Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Kementerian Pariwisata Frans Teguh mengatakan, saat ini pemerintah sedang mengembangkan taman bumi (geopark). Pengelolaan taman bumi di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Adapun pengelolaan entitas taman bumi lain, seperti industri pariwisata, dipegang oleh Kementerian Pariwisata.
"Apabila desain pengelolaan wisatanya berstandar nasional, kami akan mendukungnya. Misalnya, dalam bentuk promosi. Di kementerian, kami sudah mempunyai pejabat tingkat eselon II yang mengurus pengoptimalan wisata bertema alam, seperti kebumian," ujar Frans.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Juli 2016, di halaman 19 dengan judul "Menikmati Sejarah Bumi di Wonocolo".
Penulis | : | |
Editor | : | test |
KOMENTAR