Nationalgeographic.co.id—Ada topik baru di bidang teknologi yang kini sedang ramai dibicarakan. Topik ini adalah Web3 atau Web 3.0, evolusi internet seperti yang diprediksi oleh para pecinta blockchain, teknologi di balik mata uang kripto dan Non-Fungible Token(NFT).
Ide Web 3.0 sendiri tampak seperti perkembangan alami dari Web 1.0 ke Web 2.0 ke hal berikutnya. Hingga awal tahun 2000-an, internet didominasi oleh beberapa pembuat konten utama dan sebagian besar pengguna hanyalah konsumen.
Hal itu berubah dengan bergulirnya era Web 2.0 ketika semakin banyak pengguna menjadi para penyedia konten dan pemain besar di industri yang menyediakan tempat di mana konten tersebut dapat dibagikan.
Web3 akan menjadi langkah selanjutnya. Di era baru ini, para pengguna tidak hanya menjadi pembuat konten, tapi mereka juga bertanggung jawab atas platform tempat konten dibagikan. Entitas-entitas terpusat, seperti Facebook, Twitter, dan Google, akan digantikan oleh platform-platform media sosial dan mesin pencari tanpa perusahaan di belakangnya.
"Ada sekelompok kecil perusahaan yang memiliki semua hal ini, dan kemudian ada kita yang menggunakannya, dan terlepas dari kenyataan bahwa kita berkontribusi pada keberhasilan platform ini, kita tidak memiliki apa pun untuk ditunjukkan," ujar Mat Dryhurst, seorang seniman dan peneliti yang berbasis di Berlin yang mengajar kelas tentang masa depan internet di New York University, seperti dikutip dari NPR.
Ide ini dapat dimengerti mengapa menarik bagi banyak orang, terutama mengingat perilaku perusahaan media sosial tentang privasi, informasi yang salah, dan pengabaian umum untuk kesejahteraan mental penggunanya. Namun, terlepas dari niat baik para pendukung visi ini, hasilnya mungkin tidak seperti yang mereka inginkan.
Mantan CEO Twitter Jack Dorsey berbagi di media sosial bahwa para pengguna tidak akan menjadi para pemilik internet masa depan yang mungkin tercipta ini. Dia mengklaim bahwa para pemodal ventura sudah berinvestasi dalam teknologi dan mereka yang akan memegang kendali.
"Anda tidak memiliki 'web3'," tegas Dorsey, seperti dilansir IFL Science.
"Para VC (venture capital) dan LP (limited partner) mereka yang memiliki. Itu tidak akan pernah lepas dari insentif mereka. Ini pada akhirnya adalah entitas terpusat dengan label yang berbeda," tulis Dorsey dalam cuitan di akun Twitter-nya pada 21 Desember lalu.
"Ketahuilah apa yang sedang Anda hadapi ..." sarannya.
Hal ini tentu saja menimbulkan kegemparan di antara para penggemar dan pendukung Web3.
Keributan lain datang dari Elon Musk, ketika miliarder itu turun ke Twitter untuk membahas ketidakpastian masa depan internet secara samar. Kita melihat beberapa dekade ke depan, begitu banyak yang tidak pasti, tetapi, Musk berpendapat, Web3 saat ini "lebih banyak merupakan kata kunci pemasaran daripada kenyataan".
Pada akhirnya, kita hanya perlu menunggu dan melihat apakah Web3 benar-benar menjadi masa depan internet atau tak jauh beda dengan era internet sekarang.
Baca Juga: Elon Musk Sebut Cip Otak Buatannya Bisa Mengakhiri Bahasa Manusia
Source | : | NPR,IFL Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR