Untuk kedua kalinya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyelenggarakan World Culture Forum (WCF), di Nusa Dua, Bali, 10-14 Oktober 2016. WCF tahun ini mengusung tema “Culture for an inclusive sustanaible planet”, atau pembangunan yang berkelanjutan melalui kebudayaan.
Selama ini, ritme pembangunan dan kebudayaan cenderung tak selaras. Budaya bergerak dalam ritme kehidupan sosial secara keseluruhan, sementara pembangunan bergerak dalam ritme akumulasi kekayaan. Ketidakselarasan antar kedua elemen ini menyebabkan pembangunan yang tidak berkelanjutan dan berpotensi memicu timbulnya krisis multidimensi yang berdampak pada banyak sektor, seperti pangan, energi dan lingkungan.
“Forum ini merupakan bagian dari upaya besar berkelanjutan yang diarahkan untuk mendorong dan mempromosikan budaya sebagai penggerak dan pendukung pembangunan berkelanjutan,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy dalam kata sambutannya
“Harapannya, WCF 2016 bisa menjadi jembatan tiga komponen, yaitu jembatan antara masa lalu dan masa depan, jembatan generasi kemarin dan generasi masa depan, dan jembatan antara warisan kemarin dengan lansekap yang modern.”
WCF 2016 berisi serangkaian pidato utama dan beberapa simposium dengan sub-sub tema yang berbeda, yaitu Reviving Culture for Rural Sustainability; Water for Life: Reconcilicing Socio-Economic Growth and Environmental Ethics; Interweaving History, Urban Space, and Cultural Movement; Culture in the New Digital World; Reconciling State, Community, and Cultural Divides;dan Cultural Diversity for Responsible Development. Tema-tema tersebut dipilih karena dianggap merupakan isu-isu penting dalam pembangunan dunia yang berkelanjutan.
“Acara ini dirancang dengan tujuan memberi ruang untuk bertukar pikiran, berdebat dan menguji berbagai ide serta pendekatan agar dapat merekomendasikan cara baru untuk menempatkan budaya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan berkelanjutan,” ujar Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid.
Selain itu, dalam rangkaian kegiatan WCF 2016, juga diselenggarakan karnaval budaya, Forum Pemuda Internasional, kunjungan budaya, pameran kebudayaan, dan pertunjukan tari.
Dalam penyelenggaraannya kali ini, WCF akan dihadiri lebih dari 1500 peserta dan tokoh-tokoh dunia, yang terdiri dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Menteri-Menteri Kebudayaan negara sahabat, organisasi antar pemerintah dan non pemerintah, pakar budaya serta partisipan yang bergerak di bidang kebudayaan.
“Harapannya, WCF 2016 bisa menjadi jembatan tiga komponen, yaitu jembatan antara masa lalu dan masa depan, jembatan generasi kemarin dan generasi masa depan, dan jembatan antara warisan kemarin dengan lansekap yang modern,” pungkas Hilmar.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR