Setiap budaya memiliki bentuk perilaku sosial yang berbeda. Setiap budaya pun memiliki perbedaan perilaku nonverbal dan persepsi sosialnya. Di Rusia terdapat peribahasa bahwa tersenyum tanpa alasan adalah tanda kebodohan. Di Norwegia, ketika orang asing tersenyum kepada warga setempat, maka warga akan menganggapnya gila. Sementara, kasus yang sama akan dianggap dungu bagi orang Polandia.
Kuba Krys, ahli psikologi dari Polish Academy of Sciences di Polandia, meneliti senyuman individu yang dihubungkan dengan persepsi kejujuran dan kecerdasan. Surveinya menjangkau 44 budaya di enam benua. Ia juga dibantu 38 peneliti setempat—salah satunya peneliti asal Indonesia.
Baca juga: Orang dengan Depresi Menggunakan Bahasa Berbeda, Ketahui Cara Mengenalinya
Kendati sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa seseorang yang tersenyum akan dipersepsikan lebih baik, “kami membuktikan bahwa seseorang bisa jadi dicap kurang cerdas ketika tersenyum di beberapa negara tertentu,” ungkap Krys. Bahkan, “di beberapa negara yang punya tingkat korupsi tinggi, kepercayaan seseorang justru cenderung turun terhadap orang yang tersenyum.”
Hera Lestari Mikarsa, guru besar luar biasa bidang psikologi di Universitas Indonesia, terlibat dalam penelitian Krys. “Di Indonesia,” ujarnya, “dalam hal kejujuran, orang menilai individu yang tersenyum adalah cenderung tidak jujur.” Lalu, ia menambahkan, “Mungkin mereka menilai tokoh-tokoh masyarakat dan anggota DPR yang senyum sini senyum sana, tetapi dinilai tidak jujur.”
Hera juga mengamati senyuman setiap pasangan calon gubernur DKI Jakarta beberapa waktu silam. “Saya kok melihat senyuman salah satu calon itu tidak tulus ya?” ujarnya. “Senyuman itu palsu!”
Senyum dan persepsi kejujuran
Kendati orang tersenyum umumnya dipersepsikan lebih jujur ketimbang yang tidak tersenyum di hampir semua budaya, ada faktor yang memengaruhi ukuran dan dampaknya. Kian besar tingkat korupsi, kian turun kepercayaan terhadap orang yang tersenyum.
Perempuan dan lelaki yang tersenyum dipersepsikan punya tingkat kejujuran yang sama. Namun demikian, perempuan yang tidak tersenyum masih dipersepsikan lebih jujur ketimbang lelaki yang tidak tersenyum.
Senyum dan persepsi kecerdasan
Kendati orang tersenyum dianggap dipersepsikan lebih cerdas di 18 budaya, terdapat enam budaya memiliki persepsi bahwa seseorang akan tampak lebih kurang cerdas saat tersenyum. Faktor yang menyebabkan perbedaan persepsi ini bukan soal faktor geografi atau ekonomi, melainkan dimensi budaya.
Baca juga: Kesepian Bisa Jadi Penyebab Sulit Tidur di Malam Hari
Senyum dalam teori Darwin
Charles Robert Darwin mengungkapkan dalan bukunya The Expression of The Emotions of Man and Animals, “Terdapat kelas besar lainnya bagi idiot yang selalu riang dan ramah, dan yang tak henti-hentinya tersenyum.”
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR