Pada 1963, 19 orang Amerika mendaki Gunung Everest. Sebelumnya, pendaki Selandia Baru, Edmund Hillary, dan Sherpa Tenzing Norgay, adalah yang pertama mencapai puncak pada 1953.
Orang-orang Amerika tadi, terhalang angin kencang, visibilitas rendah, dan tenda yang terbakar, hampir tak berhasil. Tetapi, mereka datang dengan 32 Sherpa, 909 pengangkut barang, dan 24 ton perbekalan serta peralatan (seperti di atas). Dari kesembilan belas itu, lima orang berhasil tiba di puncak.
Sebagai perbandingan, kini ekspedisi pendakian gunung adalah operasi serbahemat: Tali lebih tipis, tenda lebih kecil, dan segalanya dibuat seringan mungkin. Kapak es ramping dari serat karbon dapat menghemat waktu dan usaha. Sepatu insulasi mengurangi risiko terkena radang dingin. Kompor yang lebih ringan (dan bahan bakar lebih kuat) menyala lebih mudah di suhu lebih dingin. Semakin baik kualitas peralatan, semakin besar peluang keberhasilannya.
National Geographic menanyai dua pendaki gunung elite, Conrad Anker dan Mark Synnott, untuk meramalkan inovasi masa depan.
Proyeksi mereka (di kanan) tidak selalu identik. Namun, keduanya mengharapkan material yang lebih ringan dan lebih kuat. Anker melihat perangkat petualangan perlahan men-dekati peralatan astronaut. “Kondisi di puncak Everest mirip Mars,” ujarnya.
“Semakin kecil kekhawatiran Anda untuk jatuh, kelaparan, atau beku, semakin Anda sadar tentang tebing yang Anda susuri atau sungai yang Anda arungi.”
Tetapi, sampai titik manakah peralatan ultraefisien membuat petualangan menjadi terlalu mudah? Dapatkah setelan dan alas kaki angkasa luar yang mampu menjelajahi medan apa pun, mengubah pendakian Everest menjadi sekadar jalan-jalan santai? “Kalau kau berbuat terlalu jauh, kau menyingkirkan tantangannya,” ungkap Synnott. “Lalu, di mana letak keasyikannya?”
Peralatan Masa Depan
Tali. Kuncinya adalah membuatnya lebih ringan, kuat, dan tak putus ketika diregangkan sepenuhnya.
Bot. Mungkin dirancang untuk digunakan di mana pun. Mengombinasikan bot pendakian dan ski, dibuat setipis sandal.
Air. Ada teknologi yang bisa menghasilkan air dari udara lembap atau salju. Bila tak memungkinkan, kantong air dapat dibuat lebih kuat dan tahan-beku.
Kompor. Kompornya bisa berdaya listrik atau nuklir—dengan demikian akan lebih efisien bahan bakar. Dan kompornya bisa dibangun ke dalam pancinya sendiri.
Navigasi. Perangkat tunggal yang bisa berfungsi sebagai kompas, telepon, dan monitor kesehatan sudah ada pada saat ini. Mungkinkah perangkat itu ditanamkan di bawah kulit seseorang?
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR