Nationalgeographic.co.id—Amerika Serikat telah memecahkan rekor suram jumlah kasus COVID-19 terbanyak lagi. Dalam satu hari, pada 3 Januari 2022, tercatat ada 1.083.948 orang di AS yang didiagnosis terinfeksi COVID-19.
Ini adalah jumlah tertinggi yang pernah ada di negara mana pun sejak awal pandemi. Rekor sebelumnya, sekitar 590.000 kasus, dibuat oleh Amerika Serikat juga. Rekor lama ini terjadi hanya empat hari yang lalu.
Data pada 3 Januari itu mungkin juga mencakup kelambatan dari hasil tes yang dilakukan selama Natal dan Tahun Baru. Jadi jumlah sejatu kasus itu mungkin juga merupakan akumulasi dari sebagian hasil tes beberapa hari sebelumnya.
Namun begitu, para ahli mengatakan bahwa banyak orang Amerika sekarang melakukan pengujian atau tes COVID-19 sendiri di rumah. Jadi, jumlah kasus sebenarnya mungkin juga lebih tinggi dari ini.
Varian Omicron dari SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, telah bertanggung jawab atas gelombang kasus baru ini secara global. Dengan menurunnya kekebalan dan kemampuan tubuh manusia untuk menghindari penyakit tersebut, varian Omicron telah menyebar seperti api, terutama di antara orang-orang yang tidak atau belum divaksinasi.
Di AS, sebagaimana dikutip dari IFL Science, hanya sekitar 62 persen populasi yang sudah divaksinasi lengkap terhadap penyakit ini. Dari total tersebut, hanya sekitar sepertiga orang yang telah menerima vaksin booster.
Baca Juga: Butuh Booster Vaksin Untuk Menangkal Serangan Omicron yang Parah
Kehadiran Omicron telah membuat banyak negara bersiap siaga. Israel, sebagai contoh, telah bersiap memberikan vaksin booster kepada sebagian warganya.
Sebelumnya, para ahli pandemi dari Kementerian Kesehatan Israel telah merekomendasikan bahwa vaksin booster kedua harus diberikan kepada orang-orang yang berusia lebih dari 60-an tahun dan para petugas kesehatan di negara Timur Tengah itu. Jika proposal itu diterima, itu akan menjadikan Israel negara pertama yang memberikan dosis keempat vaksin COVID-19 kepada warganya.
"Kami melihat berkurangnya perlindungan terhadap infeksi Omicron. Gelombang ini tumbuh dalam jumlah yang sangat tinggi ... Lebih dari 80% panel mendukung tindakan ini," ujar Arnon Shahar, salah satu dokter dalam panel ahli Kementerian Kesehatan Israel, seperti diberitakan Army Radio milik Israel.
Rekomendasi tersebut harus disetujui lebih dulu oleh Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan, Nachman Ash. Kementerian tidak mengatakan kapan persetujuan itu mungkin diberikan. Namun pemerintah Israel telah menyambut baik proposal tersebut.
Perdana Menteri Naftali Bennett mendesak mereka yang bakal diperbolehkan untuk menerima pemberian vaksin booster kedua itu untuk segera mendapatkannya. Rekomendasi menyarankan vaksin booster kedua atau dosis keempat harus diberikan setidaknya empat bulan setelah booster pertama atau dosis ketiga.
"Ini adalah berita bagus yang akan membantu kita melewati gelombang Omicron yang melanda dunia," kata Bennett, seperti dilansir Reuters.
Baca Juga: Studi: Dua Dosis Vaksin Sinovac Tak Mampu Cegah Infeksi Varian Omicron
Source | : | Reuters,IFL Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR