Gajah sering diidentikan dengan sesuatu yang berukuran sangat besar. Tidak jarang juga kata gajah "disalahgunakan" untuk mengejek orang lain dengan ukuran badan yang besar. Seakan gajah lebih dikenal dalam arti yang kurang baik.
Ukuran tubuh gajah memang bertambah seiring jumlah makanan yang dikonsumsi. Bagaimana tidak berukuran besar, bayangkan saja, rata-rata gajah dapat mengonsumsi makanan sampai 300 kilogram dalam sehari.
Kemampuan gajah melahap makanan dalam jumlah besar ini menjadi sebuah berkah bagi alam. Hal ini terkait dengan interaksi gajah terhadap alam bebas dan spesies lainnya.
Sunarto, ekolog satwa liar WWF-Indonesia menjelaskan bahwa hutan juga perlu dirawat layaknya seperti kita merawat tanaman di rumah. "Bila pohon-pohon di hutan tidak ada yang memakan, maka akan tumbuh klimaks sehingga tidak produktif bagi satwa yang lain", tambah Sunarto.
Bagi satwa lain, ketika gajah "membelah" hutan, maka terciptalah sebuah akses jalan baru. Hal ini menunjukan adanya hubungan ketergantungan sesama spesies di alam.
Bagi hutan atau alam itu sendiri, gajah juga memberikan pupuk alami berupa kotoran sebanyak 18 kali dalam sehari. Kotoran dalam jumlah yang banyak ini nantinya akan menyuburkan pepohonan dan tanaman lainnya.
Penyebaran jenis tanaman juga dilakukan oleh gajah. Gajah memakan biji-bijian yang kemudian ia buang dalam kotoran ke berbagai tempat. Setelah diolah oleh sistem pencernaan, biji-bijian yang jatuh ke tanah itupun seakan langsung disuburkan oleh kotoran alami tadi sehingga tumbuh lebih cepat. Sebuah perpaduan yang harmoni bagi alam.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR