Cagar biosfer merupakan konsep pengelolaan kawasan untuk tujuan mengharmonisasikan konservasi baik ekosistem daratan atau pesisir dengan pembangunan ekonomi berlandaskan hasil-hasil riset sehubungan dengan pemanfaatan sumberdaya alam termasuk kekayaan kultural yang diakui oleh program MAB UNESCO untuk mempromosikan keseimbangan antara manusia dan alam.
Penerapan konsep cagar biosfer diharapkan dapat menyelaraskan konservasi keanekaragaman hayati dalam pembangunan berkelanjutan guna mewujudkan keseimbangan hubungan antara manusia dan alam.
Di Indonesia sendiri sudah tercatat 11 cagar biosfer yg diakui oleh UNESCO yaitu cagar biosfer Cibodas (diakui tahun 1977), Pulau Komodo (1977), Lore Lindu (1977), Tanjung Puting (1977), Gunung Leuser (1981), Siberut (1981), Giam Siak Kecil-Bukit Batu (2011), Wakatobi (2012), Bromo-Semeru-Tengger-Arjuno (2015) Taka Bonerate-Kepulauan Selayar (2015) dan Blambangan (2016).
Area Cagar Biosfer Taka Bonerate-Kepulauan Selayar meliputi seluruh Kepulauan Selayar dengan luas kurang lebih 4 juta hektar dengan Taman Nasional Taka Bonerate sebagai area intinya.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyelenggarakan Workshop Nasional Pengelolaan Cagar Biosfer Indonesia tahun 2017 yang dilaksanakan pada Jumat-Sabtu (18-19/11).
Acara tersebut bertempat di Hotel Rayhan Grand Royal Room Benteng, Sekretaris Daerah Kepulauan Selayar, Marjani Sultan membacakan sambutan Bupati Kepualuan Selayar, menyampaikan bahwa untuk memantapkan integrasi dan implementasi konsep pengelolaan Cagar Biosfer, pihaknya mendukung upaya mensosialisasikan kebijakan dan strategi global, berbagi informasi dan pengalaman serta memantapkan partisipasi para pihak dalam pengelolaan Cagar Biosfer.
Selain itu juga diharapkan ada sebuah hasil pemikiran, sumbang saran dan komitmen bersama untuk terus mewujudkan pengelolaan Cagar Biosfer, khususnya Cagar Biosfer Taka Bonerate Kepulauan Selayar, guna kepentingan kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Workshop nasional ini dibuka langsung oleh Dirjen KSDAE Kementerian LHK, Wiratno dan dalam sambutannya mengatakan bahwa dalam pengelolaan kawasan konservasi tanpa dukungan pemerintah daerah itu tak mungkin berhasil, begitu pun tanpa dukungan sains dan budaya setempat. Diakhir sambutan, tak lupa beliau menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Kepulauan Selayar atas dukungan penuhnya terhadap pengelolaan TN. Taka Bonerate.
Hadir dalam kegiatan ini adalah Deputi Keanekaragaman Hayati LIPI Prof. Dr. Enny Sudarmonowati, para mitra (WCS-Indonesia, RARE Indonesia, WWF-Indonesia), para satker Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan se-Sulawesi Selatan, para anggota forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kab. Kepulauan Selayar, para kepala desa se-kawasan Taka Bonerate serta ketua forum pengelolaan Cagar Biosfer Taka Bonerate-Kepulauan Selayar.
Sejumlah narasumber hadir dalam workshop, seperti Direktur Eksekutif Program MAB UNESCO Indonesia Prof. Dr. Y. Purwanto, Direktur Kawasan Konservasi, Ditjen KSDAE, Kementerian LHK Ir. Suyatno Sukandar, M.Sc, Tenaga Ahli Menteri Bidang Marine Ecosystem dan Kelautan Drs. Rusdi Ridwan, Kepala Bapelitbangda selaku Ketua Forum Pengelolaan Cagar Biosfer Taka Bonerate-Kepulauan Selayar Drs. H. Baso Lewa dan Prof. Dr. Amran Saru dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS.
Selain itu dilaksanakan pula Launching Buku Pedoman Pengelolaan Cagar Biosfer Indonesia. Dan juga penyerahan Piagam Cagar Biosfer dari Ketua Komite Nasional Program MAB UNESCO Indonesia kepada perwakilan masing-masing pengelola Cagar Biosfer, penyerahan secara simbolis bantuan peralatan selam kepada perwakilan kelompok masyarakat binaan Balai Taman Nasional Taka Bonerate dan penandatanganan perjanjian kerjasama dengan masyarakat oleh kepala Balai Taman Nasional Taka Bonerate dan Ketua Kelompok Masyarakat Forum Peduli Laut Rajuni – Latondu.
Selain workshop yang dilaksanakan di Kota Benteng, peserta juga diajak melakukan kunjungan lapangan. Mereka mendatangi Pulau Tinabo yang terkenal dengan anak hiu sirip hitam. Tempat ini adalah salah satu destinasi wisata unggulan di Taman Nasional Taka Bonerate.
Di sekitar Pulau Tinabo terdapat beberapa titik penyelaman yang merupakan “surga” bagi para penyelam. Dengan terlaksananya kegiatan pertemuan ini Kab. Kepulauan Selayar bisa semakin dikenal dan tentu saja bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan kepedulian terhadap lingkungan.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR