Sebuah lubang raksasa terbuka di atmosfer Matahari, menyebabkan semburan angin surya ke antariksa. Peristiwa ini sebenarnya bukan fenomena langka, namun tetap menjadi pertunjukan kosmik spektakuler yang layak untuk diamati.
Foto lubang korona di atas diambil oleh Solar Dynamics Observatory NASA pada 8 November lalu, dan baru dirilis 12 hari setelahnya.
Lantas, apa yang menyebabkan kemunculan lubang raksasa tersebut?
Dalam takarir foto tersebut, NASA menjelaskan bahwa lubang yang luas bisa terbuka di atmosfer bagian atas matahari atau disebut korona, akibat medan magnet dinamis bintang tersebut.
Tak hanya bisa menyebabkan bintik matahari dan semburan matahari, bidang dan liukan medan magnet juga bisa membuka lubang sementara di korona.
Seperti halnya lubang pada lapisan ozon Bumi, lubang koronal sebenarnya tidak benar-benar bolong dan menembus atmosfer. Tetapi hanya berupa area yang lebih dingin dan kurang padat dibandingkan plasma di sekelilingnya.
Menurut Space Weather Prediction Center (SWPC), terbukanya atmosfer matahari memungkinkan partikel-partikel berenergi tersembur keluar lebih cepat ketimbang angin surya normal. Aliran super cepat ini dapat menyebabkan gangguan di magnetosfer Bumi yang membahayakan satelit dan jaringan listrik.
Partikel-partikel berenergi tersebut juga bisa memperkuat aurora-aurora di planet kita, baik di kutub utara maupun selatan. NASA menduga, lubang inilah yang menjadi penyebab munculnya aurora-aurora kuat dengan warna-warna cerah di Nebraska awal bulan ini.
Lubang koronoal akan muncul lebih sering saat Matahari mendekati siklus minimum 11 tahunan, yang kali ini jatuh pada tahun 2019 mendatang. Lubang-lubang tersebut dapat bertahan selama beberapa kali rotasi Matahari, yang menurut SWPC, membutuhkan waktu rata-rata 27 hari.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR