Nationalgeographic.co.id—Pompeii adalah kota Romawi abad ke-6 SM yang membeku dalam waktu, terawetkan oleh lapisan abu yang dimuntahkan dari letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 Masehi. Meskipun Pompeii awalnya telah ditemukan kembali pada akhir abad ke-16, wilayah tersebut baru digali dengan benar pada abad ke-18.
Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa para penggali dikejutkan oleh lukisan dinding seksual eksplisit yang sering mereka temukan. Hal ini adalah sesuatu yang cukup mengejutkan bagi kepekaan warga Abad Pertengahan Romawi sehingga mereka dengan cepat menutupinya.
Ketika penggalian dilanjutkan hampir dua abad kemudian, para arkeolog menemukan sebuah kota yang hampir seluruhnya utuh. Sepotong roti masih ada di dalam oven, mayat pria, wanita, anak-anak, dan hewan peliharaan ditemukan membeku di saat-saat terakhir mereka, ketakutan masih terukir di wajah mereka, dan sisa-sisa makanan ditemukan dibuang di trotoar.
Penemuan yang mencengangkan ini berarti bahwa para peneliti dapat mengumpulkan dengan tepat seperti apa kehidupan orang-orang Romawi di Pompeii kuno. Apa saja makanan yang mereka makan, pekerjaan yang mereka lakukan, rumah yang mereka tinggali, dan tentu saja, aktivitas yang mereka lakukan untuk kesenangan.
Baca Juga: Ruangan Para Budak Romawi Ditemukan di Pompeii, Kondisinya Luar Biasa
Para penggali menemukan bukti adanya sejumlah rumah bordil di kota kuno Pompeii, sebagaimana ditunjukkan oleh penemuan lukisan dinding erotis dan grafiti yang menghiasi dinding bangunan yang berisi beberapa kamar dengan ranjang batu. Ada pula gambar atau ukiran bentuk lingga yang merupakan dekorasi yang sangat umum untuk keberuntungan di Pompeii dan dicat di rumah, jalan, dan toko.
Dikutip dari Ancient Origins, salah satu rumah bordil terkenal di Pompeii kuno disebut Lupanare. Dalam bahasa Latin, Lupanare berarti sarang serigala.
Lupanare sekarang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO. Rumah bordil ini adalah bangunan dua lantai yang dibangun hanya beberapa tahun sebelum kehancuran Pompeii. Diyakini sebagai satu-satunya rumah bordil yang dibangun khusus di Pompeii, Lupanare memiliki sepuluh kamar dan sebuah jamban di bawah tangga.
Masing-masing dari sepuluh kamar itu memiliki tempat tidur batu yang ditutupi dengan kasur di mana seorang pelacur akan menjamu kliennya. Fitur lain yang terkenal dari Lupanare adalah lukisan dinding erotisnya. Masing-masing lukisan menggambarkan posisi yang berbeda untuk hubungan seksual, dan ini diyakini telah berfungsi sebagai papan iklan untuk berbagai spesialisasi yang ditawarkan.
Kamar-kamar tempat para PSK bekerja tidak berjendela, sempit, dan tempat-tempat yang tidak nyaman itu dipisahkan dari ruang depan hanya oleh tirai. Lebih jauh, telah dikemukakan bahwa sebagian besar pelacur di Pompeii adalah para budak asal Oriental atau Yunani.
Karena mereka terlibat dalam perdagangan budak dan tidak terlatih dalam profesi lain, tampaknya para wanita ini tidak memiliki alternatif pekerjaan yang nyata. Dalam program The Nature of Things yang dibuat CBC, Kelly Olson, seorang profesor studi klasik, mengunjungi Lupanare dan mengklaim "itu bukan tempat yang sangat bagus untuk bekerja."
Baca Juga: Akrotiri, Kota Kuno di Santorini yang Bernasib Sama Seperti Pompeii
Namun, para klien Lupanare tampaknya memiliki waktu yang lebih baik di rumah bordil itu, seperti yang ditunjukkan oleh grafiti-grafiti yang mereka tinggalkan.
Ada lebih dari 100 tulisan atau ukiran di dinding Lupanare. Satu tulisan, misalnya, hanya berbunyi seperti ini: "Saya meniduri banyak gadis di sini."
Tulisan lain bahkan mencatat tanggal orang itu mengunjungi Lupanare, "Pada tanggal 15 Juni, Hermeros bercinta di sini dengan Phileterus dan Caphisus."
Anggota masyarakat yang lebih kaya umumnya tidak mengunjungi rumah bordil, karena mereka mampu membeli gundik atau budak selir. Jadi, kemungkinan besar mereka yang sering mengunjungi rumah bordil Pompeii dan meninggalkan grafiti adalah orang-orang Romawi biasa.
Menariknya, para klien Lupanare juga meninggalkan catatan di dinding yang memungkinkan para arkeolog menghitung harga layanan yang disediakan di sana. Tampaknya dua potong roti dan setengah liter anggur akan memungkinkan seseorang untuk mendapatkan layanan pelacur. Biaya itu hanya biaya yang dibayarkan kepada pemilik rumah bordil, bukan pelacur itu sendiri.
Begitulah kehidupan seorang pelacur di rumah bordil Pompeii, sejauh yang bisa diceritakan oleh arkeologi kepada kita. Saat ini, Lupanare yang telah dipugar terbuka bagi wisatawan untuk menjelajahi dan belajar tentang prostitusi di Pompeii kuno.
Baca Juga: Dahsyatnya Letusan Vesuvius, Hanya Butuh 15 Menit Musnahkan Pompeii
Source | : | ancient origins,CBC News |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR