Selasa, 9 Januari 2018, kabar gembira datang menghampiri redaksi National Geographic Indonesia. LIPI melalui Pusat Penelitian Biologi mengabarkan bahwa keluarga besar burung di Indonesia kini memiliki satu lagi anggota keluarga baru yang dikenali. Myzomela irianawidodoae, begitulah penyebutan nama ilmiah burung yang ditemukan di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur ini.
Dalam pemberian nama ilmiah burung tersebut, Presiden Joko Widodo melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Menteri Sekretaris Negara telah mengijinkan penggunaan nama Ibu Negara berdasarkan Surat Nomor B 1199/M.Sesneg/D-2/HL.01.00/12/2017 tertanggal 17 Desember 2017.
Pemberian nama burung endemik dengan nama Ibu Negara ini merupakan sebuah bentuk penghargaan kepada Ibu Negara atas perhatiannya terhadap kehidupan burung di Indonesia.
Baca juga: Enam Tempat Terbaik Untuk Menyaksikan Langit Penuh Bintang
Dalam keterangannya, LIPI menjelaskan bahwa proses penemuan ini berlangsung sangat lama. Dimulai pada tahun 1879 saat Forbes menyatakan bahwa masih banyak spesies Myzomela yang belum ditemukan di wilayah Wallacea.
Pada tahun 1996, Johnstone dan Jepson melaporkan dugaan adanya spesies baru Myzomela di Pulau Rote.
Kemudian pada tahun 2009, Philip Verbelen, seorang aktivis lingkungan melaporkan hasil pengamatannya di Pulau Rote mengenai jenis burung yang sama. Saat itu Philip berhasil mengambil foto dan rekaman suara Myzomela.
Hingga akhirnya pada tahun 2017, tim peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI (Dr. Dewi M. Prawiradilaga dkk) dan tim peneliti Nasional University of Singapore, Singapura (Ass. Prof. Frank Rheindt dkk) memublikasikan jenis baru Myzomela dari Pulau Rote tersebut dalam jurnal ilmiah Treubia Volume 44, edisi Desember 2017, halaman 77 – 100.
Burung endemik asal pulau terbesar di Kepulauan Rote, NTT ini termasuk dalam famili Meliphagidae. Artinya, Myzomela irianawidodoae termasuk dalam daftar burung yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan PP Nomor 7 Tahun 1999.
Si Kecil nan Cantik
Myzomela irianawidodoae memiliki ukuran tubuh yang tidak besar. Panjang tubuhnya hanya 11,8 cm, dengan bobot 32,23 gram. Panjang paruh 1,79 cm. Bentangan sayap 17,2 cm dengan panjang sayap 5,8 cm, panjang ekor 3,7 cm dan tinggi kaki 1,67 cm.
Dengan paruh berwarna hitam, mata cokelat gelap, warna kaki dan jari hitam dengan bantalan kuku warna kuning, Myzomela bak jodoh bagi langit sore hari.
Burung cantik ini memilih nektar, cairan manis dalam bunga, sebagai santapan favorit mereka. Selain nektar, Myzomela juga menyukai serangga kecil seperti laba-laba.
Kicauan merdu Myzomela dapat didengar di kawasan hutan, semak-semak, kebun dan pepohonan yang memiliki bunga. Terkadang mereka juga dapat ditemui pada pohon jati yang sedang berbunga.
Sebagai pemakan nektar, LIPI menduga bahwa burung ini juga "bertugas" sebagai penyerbuk. Namun demikian terkait hal ini, LIPI juga mengatakan bahwa penelitian dan pengamatan yang mendalam masih diperlukan untuk membuktikannya.
Baca juga: Terlalu Dingin, Empat Hiu Ditemukan Mati Membeku
"Oleh karena itu kami mengajak semua pihak untuk menjaga dan membiarkan burung ini hidup di alam. Kelestarian burung ini dan semua jenis burung di wilayah NKRI menjadi warisan yang bernilai tidak terhingga bagi generasi penerus bangsa,” tutup Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Sudarmonowati.
(Sumber: Humas LIPI dan Pusat Penelitian Biologi)
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR