Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) beberapa waktu lalu mengeluarkan rilis terkait Trilogi Supermoon. Fenomena ini adalah rangkaian tiga peristiwa supermoon yang terjadi dalam waktu berdekatan.
Dua supermoon sebelumnya sudah terjadi pada 3 Desember 2017 dan 2 Januari 2018.
Sebagai penutup rangkaian, supermoon ketiga ini akan terjadi pada tanggal 30 hingga 31 Januari 2018.
Baca juga: Bumi Mulai Memasuki Kepunahan Massal Keenam, Siapkah Kita?
Pada pukul 16.56 di tanggal 30 Januari, Bulan berada pada jarak 358.993 km dari Bumi. Pada 29,5 jam berikutnya, yakni pada pukul 20.26 di tanggal 31 Januari 2018, Bulan kembali berada pada fase purnama.
Supermoon ketiga dalam trilogi ini memiliki daya tarik tersendiri bagi banyak orang. Selain ukurannya yang besar, bulan juga akan mengalami gerhana total dengan durasi 76 menit yang dimulai pada pukul 18.48. Kemudian pada pukul 19.51, gerhana total akan terjadi.
Tidak berhenti hanya disitu saja faktor pemenarik fenomena ini, Bulan yang akan tampil bulat sempurna ini juga akan berwarna merah. Bahkan NASA memiliki julukan tersendiri untuk fenomena ini, "super blue blood moon".
Tempat dan peralatan khusus tidak diperlukan untuk dapat menyaksikan fenomena langka ini, karena bulan dengan visual besar ini dapat dinikmati dari seluruh wilayah Indonesia.
Bahan Kajian
Fenomena seperti ini tentu tidak hanya menjadi hiburan semata, namun juga dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan penelitian mengenai satelit bumi ini.
Noah Petro, Deputi Proyek Ilmuwan Peninjauan Orbit Gerhana (LRO) NASA, mengatakan kepada Space.com bahwa temperatur Bulan akan berubah secara drastis, seperti baru keluar dari oven dan didinginkan dalam beberapa jam.
Peneliti NASA akan meneliti perubahan temperatur dari berbagai sisi permukaan bulan. Termasuk meneliti bagian bulan yang diselimuti debu sepanjang 60 km, atau area yang dikenal dengan sebutan Reiner Gamma.
Keadaan Bulan yang menjadi lebih dingin ini dapat mengungkapkan karakteristik material yang ada pada area debu atau yang disebut dengan regolith.
Dalam penelitian terdahulu, kamera thermal kurang mampu mengungkap dengan baik area gelap di Bulan. Banyak kawah dan bagian Bulan lain tidak terlihat karena area tersebut dalam keadaan temperatur yang tinggi. Hal tersebut diungkapkan oleh Paul Haybe, peneliti Laboratorium Atmosfer dan Ilmu Luar Angkasa Universitas Colorado Boulder, Amerika Serikat.
Dampak fenomena
Himbauan pun dikeluarkan kepada masyarakat yang tinggal di pesisir pantai untuk selalu waspada selama fenomena ini terjadi. BMKG mengatakan bahwa peningkatan pasang air laut maksimum yang terjadi dapat mengakibatkan banjir akibat genangan air laut atau rob.
Kondisi ini diperkirakan akan terjadi antara tanggal 29 Januari hingga 2 Februari 2018.
Terlepas dari itu, masyarakat sebaiknya juga harus waspada terhadap munculnya informasi-informasi palsu atau hoax terkait fenomena alam yang dihubungkan dengan fenomena ini.
Baca juga: Ilmuwan: Kepunahan Massal Mulai Terjadi Pada Tahun 2100
Ada baiknya masyarakat melakukan kroscek terhadap informasi yang beredar.
BMKG pun terbuka 24 jam bagi masyarakat yang ingin memperoleh informasi terkait cuaca, gempa bumi, dan tsunami melalui twitter @infobmkg, maupun nomer telepon 021-6546315/18 untuk informasi cuaca, dan 021-6546316 untuk informasi gempa bumi.
(Sumber: NASA, Space dan BMKG)
Penulis | : | |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR