Selama berabad-abad, Manuskrip Voynich dianggap sebagai buku paling misterius di dunia. Tak seorang pun mampu memahami isi 240 halaman teks samar yang ditulis dalam bahasa rumit dan tak dikenal, disertai dengan diagram dan ilustrasi aneh.
Buku yang ditulis pada awal abad ke-15 itu kemungkinan dulunya dimiliki oleh ahli kimia dan kaisar, sebelum muncul di era modern pada awal abad ke-20. Ketika itu, penjual buku bernama Wilfrid Voynich mendapatkannya pada tahun 1912, dan tanpa sengaja meminjamkan namanya pada buku misterius tersebut.
Sejak saat itu, tak terhitung berapa banyak kriptografer, pemecah kode, dan ahli bahasa yang mencoba mengungkap rahasia Manuskrip Voynich. Tetapi kode-kode asing beserta gambar-gambar aneh mencakup tanaman, simbol, dan perempuan yang sedang mandi, tampaknya bersikukuh untuk tetap menjadi misteri.
Baca juga: Lebih Tua dari Dugaan, Inilah Penggunaan Angka Nol Pertama di Dunia
Kini, berkat para ilmuwan komputer Kanada, tampaknya kita akan segera bisa membaca buku tersebut.
Para peneliti dari University of Alberta memanfaatkan kecerdasan buatan untuk membaca kode-kode pada manuskrip kuno itu dengan menggunakan teknik yang disebut penguraian algoritmik untuk mengungkap bahasa yang terenkripsi di balik kata-kata pada buku aneh itu.
Pekerjaan itu tak semudah membalikkan telapak tangan, ungkap para peneliti di dalam laporan mereka di jurnal Transactions of the Association of Computational Linguistics
“Buku Voynich ditulis dalam naskah yang tidak diketahui, yang mengenkripsi bahasa yang tidak diketahui. Itu adalah masalah paling menantang dalam hal penguraian kode,” tulis para peneliti.
Baca juga: Tsunami Aceh Telah Diramal dalam Manuskrip Kuno
Sebelum diaplikasikan pada manuskrip Voynich, para ilmuwan telah menguji coba algoritma mereka pada teks Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia dalam 380 bahasa yang berbeda. Hasilnya, tingkat keberhasilan sistem tersebut dalam mengidentifikasi bahasa asal dengan benar mencapai 97 persen.
Kemudian, para ilmuwan menggunakan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligent (AI) untuk mengungkap isi halaman-halaman Manuskrip Voynich, yang awalnya diduga ditulis dalam bahasa Arab. Alih-alih bahasa Arab, AI justru menunjukkan bahwa teks itu berakar pada bahasa Ibrani.
Menurut hipotesa para ilmuwan, enkripsi yang bekerja pada bahasa Ibrani tersebut bisa jadi merupakan contoh dari anagram yang diurutkan secara alfabetis (disebut alfagram). Teknik itu dilakukan dengan mengacak urutan huruf pada kata dan membuang huruf vokal.
Upaya para ilmuwan untuk menguraikan 10 halaman pertama teks dengan AI mereka menghasilkan hasil yang beragam.
PGN Tanam 5.000 Mangrove di Semarang: Awal Komitmen untuk Dampak Lingkungan dan Ekonomi yang Lebih Besar
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR