Sel telur manusia biasanya berkembang di jaringan ovarium wanita. Tapi kali ini, para ilmuwan berhasil mengembangkan telur manusia di laboratorium.
Tak hanya pada tahap awal saja, telur manusia yang dikembangkan ini tumbuh hingga tahap matang penuh di laboratorium.
Temuan ini menjanjikan sebuah solusi bagi wanita yang mengalami ketidaksuburan. Terutama bagi pasien kanker yang terganggu kesuburannya.
Pasien kanker perempuan yang harus menerima kemoterapi biasanya mendapatkan efek ketidaksuburan. Bahkan, pasien anak-anak yang menerima kemoterapi biasanya tidak mengalami pubertas atau memproduksi sel telur matang.
Baca juga: Rahim Buatan untuk Bayi Prematur
Bisa saja mereka mengambil sepotong kecil jaringan ovarium untuk nantinya ditanamkan kembali di tubuh. Sayangnya, metode ini cukup berisiko karena transplantasi bisa membawa kembali sel kanker.
"Ini bisa mengubah perawatan kesuburan yang kita ketahui selama ini," ungkap Mindy Christianson, ahli kesuburan di Johns Hopkins University dikutip dari National Geographic, Jumat (09/02/2018).
Tak hanya berguna untuk kesuburan wanita, temuan ini juga dipercaya sebagai kesempatan untuk mengeksplorasi bagaimana telur manusia berkembang. Hal tersebut hingga saat ini masih menjadi tanda tanya besar di dunia ilmu pengetahuan.
Perempuan dilahirkan dengan sel telur yang belum matang di indung telur mereka. Kemudian, mereka akan mengalami pubertas yang mebuat telur tersebut berkembang hingga matang.
Meski berhasil dikembangkan, telur ini belum dibuahi. Jika nantinya, telur ini berhasil dibuahi maka ini merupakan sebuah kemajuan besar dalam dunia ilmu pengetahuan.
"Sangat menyenangkan untuk mendapatkan bukti prinsipil bahwa sangat mungkin untuk mencapai tahap ini pada jaringan manusia," ungkap Profesor Evelyn Telfer, salah satu peneliti dikutip dari BBC, Jumat (09/02/2018).
"Namun itu harus diimbangi oleh kesluruhan kerja yang dibuthkan untuk meningkatkan kondisi jaringan dan menguji coba kualitas dari oosit (sel telur)," imbuh ahli biologi reproduksi di University of Edinburgh tersebut.
Baca juga: Mengingat Sejenak Kelahiran Bayi Tabung Pertama di Dunia
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR