Bayangkan ketika tangan Anda hendak memegang kucing peliharaan dan tiba-tiba ia berdesis. Apakah kekagetan membuat Anda terdiam?
Ada alasan ilmiah mengapa kita sering mendadak berhenti bergerak saat ada gerakan atau suara yang muncul secara tidak terduga. Menurut para peneliti, mekanisme ini dibutuhkan manusia untuk bisa bertahan hidup.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Neuroscience, Jan Wessel, asisten profesor di Departemen Psikologi Univesitas Iowa dan timnya melakukan uji coba pada kelompok kecil.
(Baca juga: Phonagnosia, Kesulitan Mengenali Suara Orang Terdekat)
Para peserta diperintahkan untuk menginjak pedal sebelah kanan saat melihat huruf W di sisi kanan layar komputer, dan kaki kiri saat huruf W muncul di sisi kiri layar. Apabila di layar komputer muncul sinyal berhenti berupa huruf M, peserta diminta untuk tidak melakukan gerakan apapun, termasuk menginjak pedal.
Selama permainan ini, para peneliti memutar rekaman suara burung secara tak terduga di saat sinyal tanda berhenti muncul.
Para peneliti menemukan bahwa orang akan lebih sering berhenti mendadak saat mendengar suara tak terduga, dibandingkan dengan tidak mendengar suara sama sekali.
Para peserta berhasil menghentikan gerakan sampai 80 persen ketika sinyal berhenti dan suara burung muncul bersamaan. Namun saat tidak ada suara burung sama sekali dan hanya ada sinyal berhenti, para eserta hanya bisa berhenti bergerak 65 persen dari total uji coba.
"Artinya adalah saat sinyal berhenti muncul bersamaan dengan kejadian tak terduga (suara burung), orang cenderung berhenti," kata Wessel.
"Alasan perilaku tersebut adalah pikiran Anda memberi tahu sistem motorik tubuh, layaknya berkata \'Saya tahu Anda sedang melakukan tindakan ini, tapi hentikan, dengan cepat, sekarang juga\'," tambahnya.
Untuk memastikan apa yang terjadi di otak, para peneliti kemudian menggunakan topi yang mengukur aktivitas listrik di daerah otak. Ternyata, aktivitas gelombang otak meningkat saat suara burung disertai instruksi untuk berhenti muncul bersamaan.
Hal ini menunjukkan bahwa stimulus isyarat pendengaran, visual, atau isyarat sensorik lainnya dapat mempercepat komunikasi otak dan sistem motorik tubuh.
(Baca juga: Membaca Novel Tingkatkan Kemampuan Bahasa dan Motorik)
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR