Mereka juga akan terus mencoba membenarkan atau membuktikan bahwa pasangannya tidak setia. Contohnya adalah dengan selalu cek galeri hape pasangan, cek sms dan chat, menjawab setiap panggilan masuk, kepo-in Facebook dan email, selalu menanyakan lokasi dan apa yang ia lakukan setiap 5 menit sekali, sampai diam-diam membuntuti pasangan kemana pun ia pergi (stalking) – untuk mendapatkan bukti bahwa pasangannya tidak setia, walaupun sebenarnya tidak ada perubahan ganjil apapun pada diri pasangannya.
Bukannya tidak mungkin kecenderungan terbakar cemburu buta akibat sindrom Othello ini kemudian membuahkan tindak kekerasan atau kriminalitas, seperti tindak bunuh diri maupun pembunuhan, baik kepada pasangannya ataupun pihak lain yang dianggap mengganggu hubungannya dengan pasangan.
Sindrom Othello sebenarnya jarang ditemukan, namun kebanyakan diidap oleh kaum pria rentang usia 40-an. Sebuah penelitian juga menemukan bahwa sekitar 69,5% penderita sindrom Othello memiliki gangguan saraf yang mendasari perilakunya.
(Baca juga: Ahli Saraf Temukan Cara Untuk Menghilangkan Fobia dari Otak)
Beberapa penyakit neurologis yang sering dikaitkan dengan sindrom Othello adalah stroke, trauma kepala, tumor otak, penyakit neurodegeneratif (kemunduran fungsi-fungsi saraf), infeksi otak, hingga efek penggunaan obat-obatan terlarang, khususnya yang mengandung dopamin.
Kelainan otak yang biasanya terjadi pada sindrom Othello berasal dari bagian otak depan, yang secara garis besar mengatur perilaku sosial, penyelesaian masalah, serta fungsi motorik atau mengatur gerakan.
Akan tetapi, tidak berarti orang-orang sehat yang tidak masuk karakteristik di atas tidak dapat mengalami Sindrom Othello.
Artikel ini pernah tayang di hellosehat.com. Baca artikel sumber.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR