Transportasi kereta api, selain digunakan sebagai alat angkut dan distribusi hasil perkebunan, juga digunakan untuk mobilitas masyarakat, baik bagi golongan Eropa maupun Bumiputera.
Dengan dibukanya perusahaan perkebunan di beberapa daerah di Jawa, termasuk Klaten, hal ini berakibat atau memberikan dampak dalam bidang ekonomi bagi masyarakat, khususnya petani.
"Salah satu dampak ekonomi yang ditimbulkan dari keberadaan perusahaan perkebunan adalah terciptanya kesempatan kerja," ungkapnya.
Masyarakat menjadi bagian dari pekerja profesional, meskipun pada kenyataannya, upah kerja yang mereka terima merupakan upah kerja yang terbilang rendah.
Di samping ramainya para tenaga kerja yang bekerja di antara pabrik-pabrik gula, lantas dimanfaatkan pemerintah untuk membuka dan merevitalisasi pasar-pasar di sekitar kawasan industri.
"Pada tahun 1918, pasar-pasar yang terdapat di sekitar perusahaan perkebunan di Klaten seperti di Pedan, Pandansimping, Jatinom, dan Delanggu telah direnovasi," pungkasnya.
Beberapa pasar dibuka, mulai dari pasar tradisional hingga toko-toko modern yang membangkitkan gairah ekonomi masyarakat Klaten di kawasan perindustrian pabrik gula.
Baca Juga: Manisnya Pabrik Gula Era Hindia Belanda yang Kini Masih Terasa
Source | : | jurnal Mozaik |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR