Nationalgeographic.co.id - Setiap orang memiliki metabolisme tubuh yang berbeda-beda. Menurut Mayo Clinic, akademi medis nonprofit dari Amerika, metabolisme merupakan proses ketika tubuh mengubah makanan dan minuman yang dikonsumsi menjadi energi.
Studi mengenai metabolisme dilakukan oleh tim peneliti internasional. Penelitian mereka berfokus pada pengukuran tinggi dan rendahnya metabolisme sepanjang umur manusia. Dilansir dari Sci Tech Daily, Jennifer Rood, PhD dari Pusat Penelitian Biomedis Pennington di Los Angeles, Amerika Serikat, mengatakan seiring bertambahnya usia ada banyak perubahan fisiologis yang terjadi dalam fase kehidupan manusia. Misalnya, pubertas dan menopause.
“Hal yang aneh adalah waktu 'tahapan metabolisme' tampaknya tidak cocok dengan hal-hal yang kita kaitkan dengan pertumbuhan dan bertambah tua," ujar Jennifer Rood, PhD.
Tim ilmuwan menganalisis rata-rata kalori yang diubah menjadi energi saat mereka melakukan kegiatan sehari-hari pada lebih dari 6.600 orang. Usia peserta berkisar dari satu minggu hingga 95 tahun dan mereka berasal dari 29 negara berbeda. Penelitian tersebut telah dipublikasikan di laman Science dengan judul "Daily energy expenditure through the human life course" pada 13 Agustus 2021.
Sebelumnya, kebanyakan penelitian skala besar mengukur berapa banyak energi yang digunakan tubuh untuk fungsi vital dasar seperti bernapas, mencerna, dan memompa darah. Namun, fungsi vital dasar hanya berkontribusi 50 persen hingga 70 persen dalam pengeluaran energi.
Baca Juga: Semakin Tua Usia Kita Mengapa Waktu Jadi Terasa Begitu Cepat?
Hal ini tidak termasuk energi yang kita habiskan untuk melakukan hal lain seperti mencuci piring, berolahraga hingga berpikir. Guna mendapatkan jumlah total pengeluaran energi harian, para peneliti beralih ke metode doubly labeled water atau air berlabel ganda.
Pada metode ini, seseorang minum air dengan kandungan hidrogen dan oksigen yang telah diganti dengan bentuk "berat" secara alami. Kemudian melalui urin, diukur seberapa cepat mereka dikeluarkan. Tim ilmuwan menggunakan metode tersebut untuk mengukur pengeluaran energi harian pada manusia sejak tahun 1980-an.
Penelitian terdahulu mempunyai keterbatasan biaya, untuk mengatasi batasan itu beberapa laboratorium membagikan data yang mereka peroleh dalam satu database untuk melihat apakah mereka dapat mengungkap fakta-fakta tersembunyi atau hanya diisyaratkan.
Dr. Peter Katzmarzyk mengungkapkan pihaknya mengumpulkan dan menganalisis pengeluaran energi di sepanjang umur manusia dan mendapati hal-hal yang mengejutkan. Beberapa orang menganggap usia remaja dan 20-an sebagai usia ketika potensi pembakaran kalori mereka mencapai puncaknya.
"Tetapi penelitian menunjukkan bahwa apabila dihitung lebih dalam, bayi memiliki tingkat metabolisme tertinggi dari semuanya," jelas Dr. Katzmarzyk dari Pusat Penelitian Biomedis Pennington.
Kebutuhan energi bayi meningkat selama 12 bulan pertama. Pada ulang tahun pertama mereka, bayi membakar kalori 50 persen lebih cepat untuk ukuran tubuh mereka daripada orang dewasa. Metabolisme eksplosif bayi dapat membantu menjelaskan mengapa anak-anak yang tidak cukup makan selama tahap perkembangan cenderung tidak bertahan hidup dan tidak dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat.
Baca Juga: Ternyata Inilah Cara Cerdas Bayi Baru Lahir Untuk Mengenali Ibu Mereka
“Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami metabolisme bayi. Kita perlu tahu apa yang mendorong pengeluaran energi yang lebih tinggi,” kata Dr. Martin.
Setelah lonjakan awal saat masih bayi, metabolisme seseorang melambat sekitar tiga persen setiap tahun sampai usia 20-an, ketika levelnya menuju normal. Anehnya, lonjakan pertumbuhan remaja tidak menghasilkan peningkatan kebutuhan kalori harian setelah para peneliti memperhitungkan ukuran tubuh.
Penelitian ini juga mengungkapkan metabolisme manusia paling stabil dari usia 20-an hingga 50-an. Kebutuhan kalori selama kehamilan mengalami peningkatan tetapi tidak lebih dari perkiraan. Temuan mereka menunjukkan adanya faktor-faktor lain di balik apa yang disebut dengan middle-age spread atau penyebaran usia paruh baya.
Data juga menunjukkan bahwa metabolisme manusia tidak lagi mengalami penurunan hingga melewati usia 60 tahun. Penurunan itu bertahap, hanya 0,7 persen dalam setahun.
Sementara itu, individu berusia 90-an membutuhkan kalori 26 persen lebih sedikit untuk setiap harinya dibandingkan dengan mereka yang paruh baya. Salah satu penyebabnya karena massa otot yang hilang. Para peneliti berpendapat otot membakar lebih banyak kalori daripada lemak.
Selain memperhitungkan berkurangnya massa otot, tim peneliti juga memperhitungkan sel-sel seseorang melambat setelah umur 60 tahun. Pola-pola tersebut bertahan bahkan ketika tingkat aktivitas yang berbeda diperhitungkan.
Penuaan berjalan seiring dengan begitu banyak perubahan fisiologis lainnya sehingga sulit untuk menguraikan apa yang mendorong perubahan dalam pengeluaran energi. Akan tetapi penelitian baru mendukung gagasan bahwa itu lebih dari perubahan terkait usia dalam gaya hidup atau komposisi tubuh.
“Studi ini menunjukkan bahwa sel-sel bekerja melakukan perubahan selama masa hidup dengan cara yang tidak dapat kita hargai sebelumnya. Namun kumpulan data besar seperti yang kami kerjakan memungkinkan kami menjawab pertanyaan yang tidak dapat kami jawab,” pungkas Dr. Ravussin.
Source | : | SciTechDaily |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR