Nationalgeographic.co.id - Akhir-akhir ini heboh pemberitaan terkait aktor Aliando Syarief yang mengaku sedang berjuang melawan penyakit mental OCD (Obsessive-Compulsive Disorder) atau Gangguan Obsesif Kompulsif. Lantas, apa sih penyebab seseorang dapat mengalami hal tersebut?
Dikutip Psychology Today, Gangguan Obsesif Kompulsif adalah suatu kondisi yang ditandai dengan pola pikiran, perasaan, gambaran, sensasi, atau desakan yang tidak diinginkan dan mengganggu yang berbentuk cerita yang ditakuti. Kisah ini menceritakan kepada si penderita tentang sebuah potensi, dan sampai saat ini, hasil atau kebenaran tentang tindakan, niat, karakter, atau masa depan mereka. Hal ini juga membuat penderitanya merasakan kecemasan yang luar biasa.
Untuk mengatasi kecemasan ini dan untuk kembali ke rasa normal, kepercayaan diri, dan kenyamanan, penderita OCD kemudian akan terlibat dalam perilaku kompulsif terbuka atau terselubung sebagai strategi manajemen kecemasan. Kompulsi dapat mencakup penghindaran, pencarian kepastian, tinjauan mental, ritual, dan tindakan berulang lainnya. Setelah selesai, penderita mendapatkan rasa aman palsu yang sayangnya memperkuat siklus kecemasan.
Jika bisa dibilang, orang yang mengalami OCD, harus berjuang dengan dan menyelesaikan isi pikiran. Anda harus mengklarifikasi, memperbaiki, dan memeriksa pikiran untuk menentukan apakah itu benar atau salah. Misalnya, penderita OCD kontaminasi percaya bahwa dia harus yakin bahwa tangannya benar-benar bersih, atau setidaknya cukup bersih, sebelum dapat berinteraksi dengan siapa pun.
Tidak jarang mendengar seorang penderita OCD berkomentar seperti “Pikiran OCD menghancurkan hidup saya,” atau “Saya harus menyingkirkan pikiran ini!” Pengulangan ini digaungkan oleh banyak klien saya yang meratapi pikiran mereka yang tidak diinginkan dan mengganggu dan perjuangan yang tampaknya tak ada habisnya untuk menekan, menetralisir, dan menjelaskan pikiran mereka.
Baca Juga: Apakah Anda Memiliki Gangguan Obsesif Kompulsif? Kenali Tanda-tandanya
Keyakinan umum, baik eksplisit maupun implisit, adalah bahwa keberadaan dan isi pikiran adalah masalahnya, dan menyingkirkannya akan memulihkan harapan, kepercayaan diri, dan kebahagiaan.
Setelah dilakukan penelitian, OCD bukanlah masalah pikiran, ini masalah perasaan. Dengan kata lain, jika pikiran itu tidak disertai perasaan menyakitkan, Anda akan mengabaikan pikiran itu, menyebutnya “aneh”, dan terus berjalan tanpa paksaan atau berpikir dua kali.
Orang dengan OCD sering terjebak dalam tiga masalah potensial; pemicu termasuk hal-hal yang kita lihat, pikiran, sensasi yang dialami, dan objek yang ditemui, cerita yang ditakuti, dan perasaan. Pada akhirnya, kebebasan dari OCD mengharuskan Anda untuk menundukkan perasaan, karena OCD adalah masalah perasaan.
Lebih khusus lagi, perasaan itulah yang membuat Anda terlibat dalam perilaku kompulsif, yang kemudian memperkuat siklus OCD. Mengejar dan merangkul perasaan itu dengan sikap ramah dan menerima membuat Anda tidak peka terhadap perasaan itu seiring waktu. Sebaliknya, jika Anda tidak mau merasakan perasaan itu, melainkan mengandalkan dorongan dan penghindaran, desensitisasi tidak bisa terjadi.
Meskipun tidak buruk atau salah, perasaan cemas di saat OCD tidak diinginkan. Biasanya berbicara, kita mengatakan kecemasan terasa buruk, tetapi dengan sendirinya tidak "buruk." Ini adalah keadaan perasaan yang tidak diinginkan pada saat Anda merasakannya.
Baca Juga: Benarkah Kita Lebih Mudah Menciptakan Rasa Galau daripada Rasa Senang?
Saat naik roller coaster atau melihat film horor, kita merasakan jantung berdebar kencang, dan perasaan gelisah. Akan tetapi dalam konteks ini, kita membayar banyak uang untuk pengalaman itu. Jadi, perasaan itu sendiri tidak buruk, hanya tidak diinginkan pada saat itu dan tidak sesuai dengan tingkat risiko yang sebenarnya. Begitu pula dengan OCD, terkadang perasaan itu bukan hanya kecemasan, tetapi kesedihan, kesepian, kemarahan, apatis, atau kekosongan.
Maka dari itu, terapi Exposure and Response Prevention adalah hal yang tepat dilakukan bagi penderita OCD, yang di mana mereka dibuat secara sengaja merasakan respons emosional yang tidak konsisten ini, dan membiarkannya tetap tanpa perilaku kompulsif sampai berlalu.
Secara berlawanan, tugas Anda dalam pengobatan Exposure and Response Prevention adalah melibatkan perasaan yang menjadi ‘musuh dan masalahnya’. Karena mau tidak mau harus dihadapi, tetapi Anda harus cukup kuat, dan yakin hasil yang mengerikan mungkin tidak akan datang. Tetap berdiri teguh dan membiarkan perasaan yang membuat tidak nyaman itu seperti badai yang berlalu.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | pschology today |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR