Nationalgeographic.co.id—Sebelum Perang Dunia Kedua, sebagian besar masyarakat Finlandia adalah agraris dan penduduknya tinggal di daerah pedesaan. Namun, pascaperang, negara itu mengalami perubahan signifikan baik terhadap ekonomi maupun populasinya.
Secara tradisional, industri pengolahan kayu mendominasi perekonomian sebelum Perang Dunia Kedua. Namun, segera setelah perang, industri logam segera menjadi pendorong perekonomian yang dominan.
Pertumbuhan populasi, ditambah dengan ekonomi yang lebih kuat, menyebabkan meningkatnya jumlah orang tua yang mencari pendidikan berkualitas tinggi untuk anak-anak mereka.
Seiring meningkatnya jumlah penduduk di Finlandia yang memasuki kelas menengah, ada tuntutan untuk membuat sistem pendidikan yang lebih baik, yang dapat diakses oleh semua anak tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi mereka atau di mana mereka tinggal.
Pada tahun 1968, parlemen memperkenalkan undang-undang untuk mereformasi sistem pendidikan. Sekolah komprehensif gratis untuk anak-anak berusia antara tujuh dan enam belas tahun, menggantikan sistem dua tingkat sekolah tata bahasa dan sekolah sipil.
"Pada awalnya, sistem sekolah yang komprehensif dikendalikan secara terpusat, sebelum akhirnya kewenangan diserahkan kepada kotamadya dan guru setempat," tulis Centre for Public Impact dalam laman resminya.
Ia merilis sebuah artikel yang menceritakan tentang reformasi pendidikan di Finlandia. Artikelnya berjudul "Education reform in Finland and the comprehensive school system", yang publish pada 2 September 2019.
Baca Juga: Inilah Model Pendidikan yang Merdeka bagi Masyarakat Sedulur Sikep
Dekade setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, parlemen Finlandia membentuk tiga komisi reformasi berturut-turut, yang masing-masing bertujuan untuk menciptakan sistem pendidikan yang akan memberikan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua orang Finlandia.
"Pada tahun 1945, komisi mempertimbangkan kurikulum sekolah dasar dan menawarkan visi yang menarik tentang sekolah yang lebih humanistik dan berpusat pada anak," imbuhnya.
Satu dekade kemudian, gagasan sekolah komprehensif telah mendapatkan daya tarik, dan komisi tersebut merekomendasikan bahwa wajib belajar di Finlandia harus diadakan di sekolah komprehensif sembilan tahun yang dikelola oleh pemerintah kota.
Kemudian, di tahun 1963, parlemen Finlandia memutuskan untuk secara resmi mereformasi sistem pendidikan, setelah kerja komite, eksperimen, program percontohan, masukan dari serikat guru sekolah dasar dalam berbagai hal, dukungan politik yang luas, dan konsensus.
Setelahnya, parlemen memperkenalkan undang-undang sekolah komprehensif di tahun 1968.
"Sistem baru (sekolah komprehensif) diperkenalkan secara bertahap, dimulai dengan Finlandia utara pada tahun 1972, yang dianggap paling membutuhkan reformasi, dan paling tidak menolaknya, hingga mencapai seluruh pelosok negeri pada tahun 1977," tulis Risku.
Miksa Risku menulisnya dalam Italian Journal of Sociology of Education, dengan judul "A historical insight on Finnish education policy from 1944 to 2011". Jurnalnya terbit di tahun 2014.
"Pada fase awal penerapan sistem baru, pemerintah Finlandia memiliki kontrol ketat atas sebagian besar aspek sistem baru, termasuk kurikulum, inspeksi eksternal, dan peraturan umum, yang memberi mereka pegangan kuat pada sekolah dan guru," tambahnya.
Baca Juga: Sejarah Permainan Monopoli, Jadi Alat Pendidikan di Zaman Dulu
Keberhasilan reformasi pendidikan yang komprehensif terbukti dari kinerja siswa yang sangat baik dan hasil pendidikan nasional berikutnya.
Hasil ini dapat dikaitkan dengan sejumlah faktor, termasuk fokus pada penyediaan akses yang sama bagi semua orang terhadap pendidikan berkualitas.
Selain itu, peran pemerintah daerah dan guru dalam merancang dan menerapkan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan siswa, berjalan secara sinergis.
"Prestasi siswa di sekolah telah meningkat pesat sejak pelaksanaan reformasi sekolah yang komprehensif," terang Risku.
Sementara ada faktor-faktor lain yang berperan untuk menunjang keberhasilan, seperti pembangunan kesejahteraan negara yang lebih ekstensif—reformasi dipandang setidaknya ikut bertanggung jawab atas perbaikan mutu pendidikan.
Baca Juga: Jika Diteliti Ternyata Ada Pendidikan Perdamaian di Kuch Kuch Hota Hai
Pada 1980-an dan 1990-an, siswa yang dididik dalam sistem komprehensif tampil lebih baik secara akademis, daripada mereka yang dididik dalam sistem dua tingkat pada 1960-an dan awal 1970-an.
Pada awal tahun 2000-an, siswa Finlandia mulai mendapat nilai yang sangat baik dalam penilaian internasional seperti Program for International Students Assessment (PISA).
Penilaiannya berupa evaluasi 'sejauh mana siswa berusia 15 tahun, menjelang akhir wajib belajarnya, telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan kunci yang penting untuk dapat berpartisipasi penuh dalam masyarakat modern.'
Tak heran, untuk seterusnya di tahun 2000, 2003, 2006, dan 2009, Finlandia tercatat meraih hampir semua peringkat teratas dalam hal literasi dan membaca, perhitungan matematika dan sains.
Source | : | Centre for Public Impact,Italian Journal of Sociology of Education |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR