Pada tahun 1976, fotografer Roger Minick mengajar sebuah lokakarya di Yosemite National Park ketika dia kemudian terpesona oleh subjek yang tak terduga: wisatawan Amerika. “Saya mulai melihat para pengunjung memiliki karakteristik dan klasifikasi mereka sendiri—sebut saja Sightseer americanus,” tulis Minick.
Terpikat oleh gerombolan pengunjung, keluarga yang membawa kamera, dan para pelatih motor yang penuh sesak, Minick memulai dua perjalanan di sekitar Amerika Serikat bagian barat pada tahun 1980 dan 1981—proyek beberapa tahun yang akhirnya dia lakukan kembali pada akhir 1990-an, dan mencapai puncaknya menjadi Sightseer Series.
(Artikel terkait: Foto-Foto Petualangan Terbaik Tahun 2017 ala National Geographic)
“Sebelumnya dalam karier fotografi saya, ketika proyek saya membawa saya ke alam bebas, saya cenderung meremehkan para wisatawan, dan tentu saja tidak pernah mempertimbangkan mereka sebagai subjek,” kata Minick. "Namun, selama hari-hari itu, saya mulai merasa bahwa saya menyaksikan sesuatu yang unik dari orang Amerika, sesuatu yang tiba-tiba ingin saya foto," paparnya.
Minick menghabiskan berjam-jam dengan kameranya yang berformat medium dengan flash, yang dikalungkan di lehernya, memandang apa yang ada di sekitarnya dan menunggu momen yang tepat. Beberapa potret merupakan hasil perencanaan, sisanya bersifat kebetulan.
"Kadang-kadang gaya pakaian atau warna pakaian yang dikenakannya itulah yang menarik perhatian saya,” ujar Minick. “Terkadang pula, gaya berwisata mereka atau hal-hal yang biasa mereka bawa—kamera, ponsel, radio, teropong, kereta bayi, hewan peliharaan—yang membuat saya tertarik,” imbuhnya.
Kelahiran Industri Pariwisata Amerika
Kongres mendirikan taman nasional pertama pada tahun 1872—sebuah "tempat yang dapat memberikan manfaat dan menyenangkan banyak orang"—yang akhirnya mencetuskan gerakan di seluruh dunia untuk melindungi alam liar.
“Saya menyaksikan orang yang pertama kali tiba di suatu pemandangan yang spektakuler dan [melihat] ekspresi mereka yang terpesona akan hal itu, pandangan pertama mereka pada keindahan yang ada di depan mata mengundang keingintahuan dan keheranan saya,” kenang Minick.
Para sejarawan mengatakan bahwa industri pariwisata Amerika lahir sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ketika kegiatan wisata berkembang seiring dengan pertumbuhan kelas menengah yang makmur, demokratisasi wisata, dan produksi media massa.
Dalam bukunya yang berjudul “Sacred Places”, sejarawan John Sears berpendapat bahwa tempat-tempat wisata di Amerika awalnya merupakan tempat suci bagi masyarakat tradisional untuk berziarah, merenung, dan berkomunikasi dengan para leluhur.
“Baik pariwisata maupun ziarah merupakan pelarian dari kegelisahan (dan kenyamanan) dalam kehidupan sehari-hari; kebebasan dari hubungan sosial, hierarki, dan pembatasan; dan karenanya membangkitkan perasaan yang menyenangkan dan bebas, ”tulis Sears.
(Baca juga: 5 Tips Panjang Umur yang Dapat Dilakukan Sejak Usia 20-an)
Minick sendiri terombang-ambing di antara bagaimana ia mengkonsepkan subjek foto-fotonya. "Ada saat-saat dalam perjalanan saya, dimana saya merasa ‘dicelakai’ oleh pelancong lain, yang membuat saya berpandangan bahwa mereka merupakan contoh perilaku yang tidak penting dan kurang sopan,” ucap Minick.
"Namun, pada akhirnya saya jadi percaya bahwa ada sesuatu yang lebih berarti terjadi—sesuatu yang lebih kuat dan lebih memikat, sesuatu yang sepertinya hampir tertaut ke dalam jalinan jiwa orang Amerika,” tambahnya.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Citra Anastasia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR