Nationalgeographic.co.id—Sebuah studi terbaru yang terbit di jurnal Frontiers in Climate pada 8 Februari 2022 mengungkapkan bahwa kebakaran deforestasi di Indonesia menyumbang 7% dari total emisi gas rumah kaca (GRK) global pada tahun 2019 dan 2020. Di tempat kedua, ada kebakaran deforestasi di Brasil yang menyumbang 3% dari total emisi gas rumah kaca (GRK) di planet Bumi ini pada tahun 2019 dan 2020.
Dari jumlah tersebut, kebakaran di lahan gambut berkontribusi antara 40% dan 60% dari dampak emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, para peneliti mendesak kebijakan perlindungan hutan dan lahan gambut yang lebih baik.
Secara keseluruhan, kebakaran hutan global pada tahun 2019 dan 2020, seperti kebakaran hutan di Australia dan California, serta kebakaran deforestasi di Brasil dan Indonesia, menyumbang antara 10% dan 15% dari emisi gas rumah kaca dunia.
Pada 2019, Indonesia kehilangan 31.000 kilometer hutan akibat kebakaran deforestasi. Sementara di Brasil, total ada 11.088 kilometer persegi hutan hancur di periode antara Agustus 2019 hingga Juli 2020. Banyak dari kebakaran hutan ini terjadi di ekosistem lahan gambut yang kaya karbon.
"Dampak yang ditimbulkan aktivitas manusia di hutan, terutama di ekosistem kritis seperti lahan gambut, tidak dikomunikasikan dengan baik kepada khalayak umum," jelas Ramanan Krishnamoorti dari University of Houston yang menjadi salah satu peneliti dalam studi ini.
"Selama musim kebakaran 2019 di Indonesia dan Brasil, kami mengamati berbagai angka yang dikutip dalam komunikasi ilmiah dan media," lanjut Krishnamoorti seperti dilansir EurekAlert!.
"Kami ingin memahami dasar dari angka-angka ini tetapi mengalami tantangan dalam mengakses data. Itu mengarahkan kami untuk menganalisis sumber pengukuran dan kesalahan, bagaimana kesalahan bertambah seiring waktu, dan dampaknya terhadap kebijakan.”
Dalam mengerjakan studi ini, Krishnamoorti dan rekannya, Aparajita Datta, menghitung emisi gas rumah kaca yang terkait dengan kebakaran deforestasi 2019 dan 2020 di Brasil dan Indonesia dan memeriksa bagian emisi yang berasal dari kebakaran lahan gambut.
Secara global, lahan gambut ada di 180 negara dan merupakan penyerap karbon terestrial terbesar. Lahan gambut global ini hnya mencakup 3% dari daratan dunia.
Baca Juga: Lahan Gambut Tropis Tertua di Dunia Ditemukan di Pedalaman Kalimantan
Gambut menyimpan setidaknya dua kali lebih banyak karbon daripada jenis vegetasi lainnya. Namun 15% dari lahan gambut yang diketahui di dunia telah rusak permanen atau sedang mengalami degradasi ekstrem karena aktivitas-aktivitas manusia.
Ketika lahan gambut terbakar, CO2 yang tersimpan terlepas ke atmosfer, bersama dengan gas-gas rumah kaca lainnya seperti karbon monoksida (CO) dan metana (CH4).
Source | : | eurekalert.org |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR