van Bemmelen, seorang kartograf Hindia-Belanda, memetakan kota Semarang dari 1940-1941 sebagai lembar peta Semarang-Ungaran sheet 73-74 skala 1:100.000. Van Bemmelen mengeluarkan peta kota itu dari tahu 1695-1940.
"Peta-peta ini dengan jelas menggambarkan abrasi pantai dari tahun ke tahun. Pantai bertambah maju 8 meter per tahun, bahkan sejak 1847 menjadi 12 meter per tahun," sebut Dwi.
Abrasi dan semakin mendangkalnya pelabuhan-pelabuhan di Jawa Tengah, melumpuhkan geliat ekonomi Mataram di Jawa Tengah. Kapal-kapal tidak dapat berlabuh di bandar Pelabuhan Bergota yang mengakibatkan perniagaan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah menjadi mati.
Paul Michel Munoz jurnal karya Dwi, berpendapat bahwa perpindahan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah ke Jawa Timur karena sebuah hasrat untuk mendapat keuntungan dari kesempatan perdagangan yang ada di wilayah pesisir timur laut dan wilayah Delta Brantas sangat efektif untuk kegiatan perdagangan.
Baca Juga: Singkap Fakta Letusan Merapi, Alasan Mpu Sindok Memindahkan Mataram
Baca Juga: Prasasti Mpu Sindok Ditemukan di Situs Gemekan, Apakah Isinya Kutukan?
Sejak 928 M, pemusatan penduduk telah berpindah ke wilayah Jawa Timur, khususnya di sebelah timur Sungai Brantas. Jawa Timur dengan wilayah dataran yang luas dan subur, menghasilkan banyak beras yang dapat dikonsumsi rakyat. Beras dari Jawa Timur dibawa ke Sulawesi hingga Maluku.
Rakyat di daerah pesisir Jawa Timur juga merupakan kaum pelaut yang ulung, sehingga menjelajahi laut-laut Indonesia dan mengadakan perdagangan sampai Semenanjung Malaysia hingga Tiongkok.
"Kerajaan Mataram Hindu telah mengalami perkembangan yang pesat setelah dipindah di wilayah Jawa Timur," tutup Dwi Lukitawati. Selain produktivitas beras meningkat, perniagaan Mataram menjadi lebih bergairah lagi di Sungai Brantas dan mancanegara.
Source | : | jurnal LPPM STKIP PGRI Sidoarjo |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR