Kemudian, mereka memperbaiki peta terhadap denyut nadi aurora radio Saturnus yang diketahui. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar aurora planet dihasilkan oleh pola cuaca yang berputar-putar di atmosfernya. Mereka bertanggung jawab atas tingkat rotasi variabel yang diamati di planet ini. Mereka berpendapat bahwa, energi dari termosfer Saturnus adalah yang menggerakkan sistem ini, dengan angin di ionosfer diamati antara 0,3 dan 3,0 kilometer per detik.
“Ini adalah salah satu pengalaman pengamatan terbaik yang pernah saya miliki. Sungguh menyenangkan bisa menghabiskan begitu banyak waktu di Keck, mengambil beberapa jam data di awal malam, sekali setiap empat hingga lima malam, selama lima minggu saya tinggal di Hawaiʻi," kata Tom Stallard, Associate Professor di Planetary Astronomy di University of Leicester sebagai salah satu peneliti, seperti yang dilaporkan Tech Explorist.
Tom menambahkan, "Kesempatan untuk bekerja dengan tim Keck memungkinkan kami untuk menangkap salah satu kumpulan data paling indah yang pernah kami hasilkan!”
Baca Juga: Mengenal Titan, Bulan Terbesar Kedua di Tata Surya Milik Saturnus
Baca Juga: Metana dalam Gumpalan Bulan Saturnus Bisa Jadi Tanda Kehidupan Alien
Baca Juga: Teleskop Hubble Berhasil Tangkap Gambar Saturnus dengan Lebih Detail
“Pencarian aurora jenis baru ini mengingatkan kembali pada beberapa teori paling awal tentang aurora Bumi. Kita sekarang tahu bahwa aurora di Bumi didukung oleh interaksi dengan aliran partikel bermuatan yang didorong dari Matahari. Tapi saya suka bahwa nama Aurora Borealis berasal dari 'Fajar Angin Utara.' Pengamatan ini telah mengungkapkan bahwa Saturnus memiliki Aurora Borealis sejati, yaitu aurora pertama yang didorong oleh angin di atmosfer sebuah planet.” tutur Stallard, dengan penuh semangat.
Dr Kevin Baines, rekan penulis studi yang berbasis di JPL-Caltech dan anggota Tim Sains Cassini, menambahkan, “Studi kami, dengan secara meyakinkan menentukan asal usul variabilitas misterius dalam pulsa radio, menghilangkan banyak kebingungan tentang tingkat rotasi massal Saturnus dan panjang hari di Saturnus.”
Penelitian planet di University of Leicester ini akan terus dilanjutkan hingga mencakup luas Tata Surya kita, dan lebih jauh lagi.
Source | : | Tech Explorist |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR